Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Minggu, 15 Februari 2009

Krisis Gombal LKM FP UB

Universitas Brawijaya yang biasa dikenal dengan Unibraw atau UB saat ini sudah banyak sekali perubahan, baik dalam segi fisik, fasilitas maupun sistem pengajaran, apalagi buat anda yang sudah lebih dari 3 (tiga) tahun tidak pernah berkunjung ke UB pasti terkejut.

Dari segi fisik sangat terlihat perubahan yang sangat berarti, jalan masuk yang dulu hanya dari satu gerbang (jalan veteran) dan tidak ketat untuk masuk, sekarang dapat diakses dari semua gerbang yang ada di unibraw. Setiap gerbang ada petugas yang memeriksa kendaraan yang keluar masuk, dengan dilengkapi portal seperti kalau kita ke gedung-gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Jalan utama yang menghubungkan antara gerbang Veteran dan Soekarno Hatta semakin lebar dan di tengahnya terdapat median jalan. Didepan rektorat dibuat bundaran yang ditengahnya terdapat tugu UB. Ditambah dengan adanya gazebo di sisi timur bundaran yang dapat digunakan untuk mahasiwa berkumpul.

Fasilitas juga berubah, saat ini hampir setiap titik di UB dapat diakses Hot-spot secara gratis oleh mahasiswa, sesuatu yang mungkin 3 tahun lalu belum dapat dirasakan. Sehingga jika kita berputar-putar di UB banyak kita jumpai mahasiswa yang membawa Laptop dengan mengakses hot-spot tersebut. Faslitas laboratorium-pun juga semakin bertambah.

Bagaimana dengan Fakultas pertanian? Fakultas pertania-npun juga berbenah dan berubah. Segi fisik mengalami perubahan, jika dulu gazebo hanya di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) maka hampir setiap gedung jurusan memiliki gazebo, sehingga tempat kumpul-kumpul mahasiwa tidak hanya terkonsentrasi di PKM saja. Di setiap gazebo dilengkapi dengan aliran listrik, sehingga mahasiswa tidak perlu khawatir laptopnya kehabisan batre. Selain itu juga disediakan fasilitas hot-spot gratis untuk mahasiswa disetiap gedung jurusan, sehingga mahasiswa dengan mudah mengakses internet baik dalam rangka akademis, maupun hanya senang-senang saja. Ruang kuliah beberapa telah dilengkapi AC beneran, kalau dulu juga pake AC, tapi itu Angin Cendela. Beberapa ruang kuliah juga telah dilengkapi dengan LCD proyektor, untuk kuliah mahasiswa dan dosen tidak perlu lagi membuat transparan OHP dan selesai kuliah berebut untuk difotocopy

Sistem pengajaran-pun menurut pengamatan saya juga berubah, benar apa yang dikatakan oleh saudara kita yang pernah menulis tentang metode pengajaran yang ybs lakukan di UB. Saat ini kuliah hanya dilakukan selama 4 hari, senin, selasa, kamis dan jumat, mulai pagi hingga sore (mungkin juga bisa malam). Khusus hari Rabu adalah hari praktikum, sabtu dan minggu kegiatan akademis libur kecuali jika ada keadaan tertentu. Parktikum? Semakin banyak. Jika dulu di Sosek terkenal paling sedikit praktikum maka saat ini sosek-pun juga banyak praktikum. Hal ini juga ditunjang dengan fasilitas lab dan sarana lainnya yang memadai. Menurut pengakuan adik-adik mahasiswa, beberapa dosen sudah mewajibkan menggunakan bahasa Inggris, apakah itu untuk perkuliahan, tugas maupun ujian.

Jika kita lihat sekarang dibandingkan dengan 3 atau bahkan 10 tahun yang lalu, pasti kita akan iri melihat fasilitas yang dinikmati olah adik-adik kita. Jangankan fasilitas hot-spot seperti sekarang ini, setiap mahasiswa belum tentu punya komputer, bahkan bisa menggunakan komputer walapun hanya rental-pun sudah alhamdulillah. Akan tetapi semua kemudahan itu menjadikan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) semakin sepi. Jangan pernah bayangkan PKM saat ini sama dengan 5 atau bahkan 10 tahun yang lalu dimana 24 jam dalam 7 hari tidak pernah sepi. Saat ini hari sabtu dan minggu bahkan terkadang hari lainnya-pun sepi tidak tampak sebagai pusat kegiatan mahasiswa.

Bagaimana ini bisa terjadi? Menurut mahasiswa, mayoritas dari mereka mengaku kelelahan mengingat beban kuliah saat ini sangat berat, tuntutan akademis kepada mereka menyebabkan mereka kekurangan waktu untuk diluar kegiatan akademik. Mereka terkadang jam kuliah mereka menyamai jam kerja dimana masuk pagi dan selesai sore. Hampir setiap hari mereka dicekoki dengan tugas dan laporan praktikum. Bahkan sabtu dan minggu-pun harus menyelesaikan tugas dan praktikum yang ada. Dengan sistem pengajaran seperti ini mayoritas mahasiwa kelabakan untuk membagi waktu yang dimiliki untuk kuliah, organisasi dan pribadi.

Jika dulu sore hari mahasiswa bisa menyisihkan waktu untuk berorganisasi maka saat ini mayoritas mahasiswa msngungkapkan sudah tidak mungkin. Jika mereka tidak kuliah, maka waktu tersebut harus digunakan untuk menyelesaikan tugas yang mereka miliki, sehingga tidak terbersit untuk berorganisasi. Padahal sabtu-minggu libur, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk organisasi? Pada kenyataannya berbeda, dengan waktu kuliah yang mirip orang kantoran, maka sabtu minggu mereka ingin beristirahat total dirumah, bahkan tidak jarang sabtu minggu-pun masih harus mengerjakan tugas.

Itulah kenyataan yang dialami oleh organisasi kemahasiswaan saat ini, semakin berkurangnya tingkat pasrtisipasi mahasiswa. Lembaga kegiataan mahasiswa (LKM) Faperta saat ini dalam kondisi yang mati segan hidup-pun sulit. Kecil sekali partisipasi mahasiswa kepada organisasi di Fakultas pertanian. BEM dan DPM sebagai inti LKM FP UB pun juga sering tidak aktif, hal ini juga diikuti oleh beberapa HMJ dan UKM. Ruangan merekapun sepi bahkan lebih sering tutup tak ada penghuni dan kegiataan. Hanya beberapa HMJ dan UKM yang masih bertahan. Saya jadi ingat dulu ketika Permaseta tidak ada kegiataan, ada istilah buat “Tape”. Sekarang beberapa organisasi di LKM FP UB yang berlomba buat “Tape”

Bagaimana dengan Permaseta? Permaseta-pun terkena imbah “krisis gombal” juga, semakin lama tingkat partisipasi mahasiswa juga semakin menurun bahkan bisa-bisa Permaseta dapat bubar 2 atau 3 tahun lagi jika kondisi tidak diperbaiki. Permaseta bisa menjadi pabrik “Tape” lagi. Sebuah istilah dimana ruangan organisasi tidak pernah dibuka mirip dengan orang buat tape. Pengurus dan senior Permaseta yang ada, merasa kesulitan untuk menarik anggota dengan alasan akademis. Padahal setiap tahun anggota baru permaseta tak kurang dari 200 orang, tapi tingkat partisipasinya sangat kecil sekali.

Sebuah ironi, dimana fasilitas dan sistem pengajaran yang disempurnakan akan tetapi dapat mematikan organisasi kemahasiswaan. Seharusnya perkembangan fasilitas dan sistem pengejaran dapat bersinesrgi dengan kegiataan kemahasiswaan, bukan malah mematikan. Kegiatan akademis seyogyanya memberikan kesempatan kegiatan kemahasiswaan untuk dapat berkembang, dikarenakan kegiataan kemahasiswaan dapat melengkapi akademis selama di perguruan tinggi.

Sebuah harapan agar rekan-rekan kami yang duduk sebagai pengajar dapat bersinergi dengan adik-adiknya yang saat ini sedang dibimbing Universitas Brawijaya. Memberikan kesempatan adik-adiknya untuk mengembangkan diri di organisasi dan juga membimbing mereka sebagai senior diluar kegiatan akademis. Akan tetapi hal itu tidak dapat dijalankan jika kemauan dari mahasiswa untuk membagi waktunya baik untuk akademis dan organisasi yang tidak ada.

Semoga permaseta semakin berkembang dan Unibraw semakin Jaya.

juga bisa anda lihat di
www.machbub_papa.blogspot.com



8 komentar:

Anonim mengatakan...

@Machbub
Informasinya bermanfaat sekali.Memang Unibraw sudah banyak berubah dibanding 3-5 thn y/l.2-3 bln lalu 1-2 kali saya mampir ke PERMASETA,dan selama disana msh bs bertemu dan sharing dgn teman2 pengurus inti yang energik dan bersemangat.Saya kira kita sepakat,bahwa perubahan atau perbaikan pasti butuh dukungan dari semua pihak yg berada dlm lingkungan yg sama.Ikhtiar pihak kampus merestorasi fisik dan teknik pengajaran di almamater kita--seperti yg dipaparkan dg lugas oleh Machbub tentu jg perlu kita apresiasi.Soal defisit energi gerakan mahasiswa kita dewasa ini,disanalah tantangan buat mrk.Krn setiap masa memiliki tantangan tersendiri.Tidak akan ada endorsement dr alumni selama mrk para aktifis mahasiswa merasa masih mampu mengatasi problem jamannya.Btw Bub,...sdh di hub panpel PLA 2 (Upgrade to Kader Inti PERMASETA) utk jd pemateri blm ?

Jewelholic mengatakan...

saya setuju dengan machbub dan mas lukman, bila dicompare dengan perkuliahan diluar, terus terang kesibukan yang dialami oleh mahasiswa disini belum ada apa2nya, karena saya sendiri pernah mengalaminya langsung.

yang belum disadari oleh mahasiswa sekarang, diindonesia, terutama dibrawijaya adalah bagaimana mengatur waktu dengan baik (time management) sehingga baik itu aktivitas berorganisasi, perkuliahan, dan aktivitas yang lain2 dapat bersinergi, bergerak beriringan pada saat yang bersamaan dan dengan baik. hal inilah yang selalu ditekankan oleh para advisor academics manapun diluar kepada para mahasiswa, yang terutama datang dari asia.

dan hal inilah juga yang saat ini saya tekankan kepada mahasiswa bimbingan saya. tapi tentunya, tidak semudah membalikkan telapak tangan kan?!

Anonim mengatakan...

wah dengernya aja ngeri..tapi jgn kedengerannya aja..:-)) perubahan hanya bisa dilakukan dengan hati..saya sih melihat semua perubahan membawa konsekunsi logis, setiap tindakan ada harga yang harus dibayar..negeri ini menghasilkan banyak orang pandai, tapi sedikit yang peduli, otak encer tapi hati beku...kalo gitu, ya percuma dong pendidikan..
bener juga mas lq, mbak hesti, bahwa tantangan ditaklukkan..waktu tidak diam, kita tidurpun waktu berjalan...
Permasalahan utama adalah sudahkah sistem pendidikan ini senahal harga yang harus dibayar untuk mencetak kaum intelektual yang peduli..
Karena kaum intelektual dituntut tidak hanya bisa memberi makan pada perutnya dan keluarganya saja,.tanggungjawab besar ada dipundak, kalo dirasa berat ya mundur sajalah...he...
Kalo itu saya kembalikan ke para penggagas, praktisi, akamedisi..monggo gimana enaknya...
mhn maaf kalo komentar agak aneh..
Salam boy

Anonim mengatakan...

Dear Machbub,

Ini adalah sebuah metafora bagi seorang manajer " Seorang manajer adalah orang yang mampu mengelola perubahan, jika tidak ada perubahan maka manajer tsb yang dirubah".
Saya coba menarik korelasi dengan seorang penyelenggara pendidikan.
Jadi kalo fasilitas itu tidak menjadikan perubahan kualitas pendidikan, maka penyelenggara pendidikan yang harus dirubah.
Jadi dievaluasi aja. Apakah progress atau regress???

SAI'96

Jewelholic mengatakan...

dear mas sa'i.

itu pula yang saya tekankan pada mahasiswa berulang kali, saya minta mereka tanya ke diri mereka masing2. jadi manager atau jadi karyawan? kalau maunya jadi karyawan ya udah manut aja, gak usah banyak komentar, turutin aja katanya dosen apa.

tapi kalau merasa menjadi manajer, sekarang juga lakukan perubahan.jangan hanya asal manut, kritisi setiap langkah yang ada, lakukan perubahan sekarang juga tanpa harus menunggu, itulah makna be creative yang selalu didengungkan.

Anonim mengatakan...

@SAI'96
@Hesthi

Kenapa metafor yg dipakai kok "Manager"?
Kenapa gak "entrerpreuneur"?
Apa karena kita kesulitan ambil contoh dalam realitas kita?

correct me if I'm wrong

Jewelholic mengatakan...

seorang enterpreneur apakah sudah memiliki jiwa manager? apakah seorang manager sudah memiliki jiwa enterpreneur? hard thinking....

Anonim mengatakan...

@Hesthi
maksud saya ini bukan soal menjiwai atau tidak.
ini soal perspektif.
enterpreuneur mindset fokus pada "bgm meng-create opportunity".

manajerial mindset fokus pada "bgm mengelola opportunity yg sdh terbentuk".

Anak didik jd seperti apa,tergantung dari lingkungan mindset tempat pendidikan itu berlangsung.
Apakah realisasi mendidiknya;"transfer of knowledge" (dan akhirnya akan mencetak murid yg sukses sebagai "Manager").
or
"Transfer of Value" (dan sang murid--tdk sekedar mandiri--melainkan lebih lagi :mampu menciptakan setiap peluang mjd nilai tambah yg positif bagi lingkungannya).

Jangan2...
itu yg menyebabkan org macam Einstein,sampai Bill Gates...memilih ceckout dari lingkungan pendidikan formal (Universitas)...krn sekolah makin tinggi..cuma terima transfer of knowledge an sich.Apalagi di Indonesia,bukankah ijazah mudah ditukar dg uang ? (PTN berlomba-lomba buka extension buat tambah incoming received?)

Sy sdh berfikir keras utk semua hal diatas...
Sy bersikap skeptis..tapi bukan berarti sy pesimis.
Saya tetap optimis,perubahan pasti terjadi.
Termasuk di dunia pendidikan kita.

Wallahu a'lam