Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Selasa, 24 Maret 2009

bisnis di negeri sakura

sebuah contoh rekan kita yang berbisnis di manca negara...(teguh wahyudi sosek 98)

semoga menambah motivasi kita semua

Sariraya, Perusahaan Tempe, upaya wiraswasta mahasiswa Indonesia, yang digemari masyarakat Jepang

Teguh Wahyudi, Presiden Direktur Sariraya co. ltd adalah satu dari contoh mahasiswa Indonesia yang sukses membangun jaringan bisnis di negeri sakura. Bukan hanya aktif mengelola usahanya yang kian meluas, tetapi juga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat Indonesia di Jepang, khususnya di Kota Nagoya. Bahkan untuk kegiatan Iedul Fitri kemarin, Teguh Wahyudi memiliki andil besar, member jaminan pada pihak kepolisian, bahwa kegiatan ini adalah murni ritual keagamaan dan tidak akan berdampak keributan. Maklum pihak kepolisian jepang, masih khawatir dengan berita di TV jepang, bahwa pelaksanaan pembagian zakat yang merupakan ritual keagamaan Islam, di pasuruan sempat menimbulkan banyak korban jiwa.

Ketika saya diundang datang ke pabrik tempe miliknya usai khutbah Iedul Fithri, Teguh Wahyudi menuturkan pengalamannya: semua ini berawal dari kegiatan pembuatan tempe untuk dikonsumsi sendiri (atau sebagai aktiviats di waktu luang/hari libur) . Kegiatan tersebut pertama kali dilakukan akhir Agustus tahun 2003, di tempat Kakak (Anjo-shi, Aichi-ken, Japan). Kegiatan tersebut bertahan sampe awal November 2003, dan sebagai akhir dari kegiatan, sempat produk tempe tersebut di promosikan ke Toko halal food yang ada di wilayah Anjo-shi dan sekitarnya, Alhamdulillah hasil produksi tempe sebagai pengisi waktu luang akhirnya bisa diterima oleh halal food dan masyarakat Indonesia yang ada di Mikawa dan sekitarnya.

Tanggal 30 Maret 2004 saya kembali lagi ke Jepang, saat itu saya membawa Visa study, waktu itu kakak berusaha membantu mencarikan sekolah sekaligus menguruskan Elegebilitynya. Tanggal 30 Maret 2004 yang ke dua kali saya datang ke Jepang, dengan tugas utama adalah belajar.

Disamping belajar saya juga ada kerja Partime (Arubaito), karena sabtu dan minggu saya libur saya memulai lagi untuk membuat tempe, ada usulan dari teman-teman, (Untuk menjual produk tempe tersebut ke Apato-apato atau tempat tinggal teman-teman Indonesia. Akhirnya usulan itu saya coba, dan mulailah keliling di (Nishio, Hekinan dan Anjo) dengan mobil Kakak, dan pertama kali keliling adalah kakak yang menemaninya. Kemudian ada usulan lagi dari temen supaya yang dikelilingkan jangan tempe saja, namun ditambah produk-produk Indonesia yang merupakan kebutuhan sehari-hari.

Berawal dari situlah, setiap hari Sabtu dan Minggu keliling dengan membawa tempe dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mulailah menjalin kerja sama dengan Nanyang Trading, Perusahaan Importir produk-produk Asian termasuk produk Indonesia. Semakin hari, semakin bertambah pelanggan dan permintaan, sebagai alternative adalah mengunakan mobil one box, untuk armada keliling. Sekitar bulan Juni 2004 saya mengunakan mobil one box untuk armada keliling. Karena Semakin hari jumlah barang semakin banyak, akhirnya pada bulan July 2004 hidjrah ke Hekinan, dan dihekinan itulah sebagai aktifitas keseharian. Supaya mudah di ingat oleh Masyarakat dan konsumen, Kakak mengusulkan nama SAHABAT.

Dengan nama SAHABAT itulah kami memiliki usaha kecil-kecilan, disamping setiap Sabtu & Minggu keliling juga ada toko kecil yang konsumennya temen-temen di di Hekinan dan Nishio. Karena ingin terus maju, sekitar bulan November 2004 sahabat pindah lokasi di Wilayah Nishio (pusat kota Nishio), dengan tempat baru itulah akhirnya nama SAHABAT berubah dengan nama SARIRAYA.

Karena Sariraya terus ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan supaya memiliki pondasi dan diakui keberadaannya oleh pemerintah Jepang, maka di daftarkan lah SARIRAYA sebagai Perusahaan Indonesia di Jepang pada bulan Desember 2004. Sebagai syarat untuk mengurus dokumen perusahaan diperlukan Bukti ke pemilikan rekening tabungan yang dikeluarkan oleh Bank setempat. Setelah beberapa Bank kami coba tidak satupun bank mau mengeluarkan bukti kepemilikan tanbungan untuk mendirikan perusahaan. Namun niat kami terus ingin mencoba dan berusaha, Alhamdulillah setelah 5 Bank kami masuki, yang terahkir Okazaki Bank bersedia mengeluarkan bukti kepemilikan rekening tabungan atas nama saya. Dengan kelengkapan yang sudah kami siapkan, untuk proses selanjutnya kami serahkan ke NOTARIS guna pengurusan selanjutnya. Oleh karena itu, Sariraya barangkali satu-satunya perusahaan di Jepang yang didirikan oleh Putra-putri Indonesia, dengan pendiri DR. Suyoto Rais, Teguh Wahyudi, Tri Umiati . Sariraya berusaha ingin selalu maju dan berkembang, dengan pengelolaan menegemen yang saat ini dibantu oleh sahabat-sahat Jepang pecinta untuk Indonesia. Sariraya berharap dengan melibatkan sahabat-sahabat Jepang pecinta untuk Indonesia, ini adalah sebagai langkah awal untuk SARIRAYA bisa diterima oleh Masyarakat Jepang pada umumnya, dan Sariraya bisa berkembang menjadi perusahaan dwi-nasional dan sekaligus media persahabatan antara rekan-rekan Indonesia dan sahabat-sahabat Jepang. Disamping bisnis, kami jugas mengadakan perkenalan musik/ budaya Indonesia, charity concert (misalnya Save Aceh di Aichi dan Osaka, Mei 2005) dan kegiatan amal/ persahabatan lainnya.

Bisnis SARIRAYA Co.,Ltd. meliputi: Produksi Tempe di Yonezu Nishio, Produksi Keripik Tempe di Yonezu Nishio, Produksi O-Bento di Nishio, Restoran di Nishio, Swalayan di Nishio, Impor Produk Indonesia.

Penuturan Teguh Wahyudi tadi member semangat baru pada saya, bahwa hidup adalah mudah ketika dijalani dengan penuh semangat, membangun kekuatan jaringan dan pantang menyerah. Sebelum pulang kami sempat berfoto dulu di pabriknya yang bersih, mungil dan tertata rapi, satu cirri khas Jepang yang dilakukan oleh orang orang Indonesia di sini.(Ivan Stevans/fq)


sebuah contoh rekan kita yang berbisnis di manca negara...(teguh wahyudi sosek 98)

rachman


Senin, 23 Maret 2009

Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis

Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis

Mengamati PILKADA Bupati/Walikota, Gubernur, Calon Legislatif, atau nanti PILPERS janji yang sering disampaikan kepada rakyat adalah pendidikan gratis 9 tahun dan kesehatan gratis. Dua hal ini menjadi jualan para calon bupati/walikota, capres dan caleg partai agar bisa diberikan kepercayaan rakyat dalam pemilihan.
“Gratis” sungguh menjadi sesuatu yang sangat mujarab untuk membuat rakyat bisa memercayai calon2 tersebut. Siapakah yang tak ingin mendapatkan sesuatu secara gratis sekarang ini.
Pendidikan dan kesehatan gratis memiliki subtansi yang berbeda, dimana pendidikan berhubungan dengan kualitas SDM secara pengetahuan, wawasan, skill, moral, tata nilai, dan karya ilmiah. Sedangkan kesehatan yang dimaksud memiliki subtansi tentang kondisi tubuh dan jiwa masyarakat, tentang harapan hidup, pelayanan kesehatan, nyawa manusia yang sangat berharga.

Saya secara pribadi sepakat sekali bahwa kesehatan bagi masyarakat kecil dan miskin harus gratis, karena menyangkut masalah angka harapan hidup, dan sangat dekat dengan kematian. Nurani saya tidak dapat menerima jika seseorang dengan kondisi sakit dg kematian yang hampir mengancam tidak mendapatkan pelayanan kesehatan hanya karena dia tidak bisa memberikan deposit bagi rumah sakit untuk merawat dan menyembuhkannya. Fungsi kesehatan adalah fungsi kemanusiaan, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat kecil dengan pendapatan dalam kategori miskin menurut saya harus gratis. Dijamin dalam asuransi negara seperti halnya asuransi bagi karyawan swasta dan PNS.

Tetapi untuk pendidikan gratis saya agak kurang sepakat karena bagi saya pendidikan adalah sebuah perbaikan yang terus menerus mengenai kualitas hidup manusia, dimana disitu ada passion, pengetahuan, moral, tata nilai, teknologi, semangat, tekat yang kuat untuk bisa mengejar ketertinggalan. Kalau dievaluai pendidikan gratis yang dilaksanakan oleh hampir semua pemda dan pemerintah pusar di Indonesia tetap tidak bisa mendongkrak indeks kualitas SDM Indonesia yang terus menurun dari tahun ke tahun dibanding dengan negara lain. Jualan ala calon pemimpin dan caleg ala Sinterklas yang sangat tidak mendidik menurut saya.

Saya masih ingat ketika mahasiswa selalu mengangkat isu ”pendidikan murah” bukan ”pendidikan gratis”, karena menurut saya” murah” itu dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat . Pendidikan murah bagi saya tidak 9 th seperti jualan bupati/walikota, gubernur, dan caleg yang hanya sampai SMP saja gratis, tetapi sampai PT. Apa sih bisa didapatkan oleh rakyat dengan pendidikan SMP. Bagi saya semua masyarakat dapat menikmati pendidikan murah yang terjangkau oleh kemampuan finansial masyarakat. Sehingga anak buruh pabrik, buruh tani, tukang becak, tukang parkir, pedagang kaki lima, dan kaum miskin lainnya mampu mengenyam pendidikan sampai PT dengan kemampuan financial yang minim. Sehingga jika PT menjadi BHMN sangat mencederai rasa kemanusiaan. Mematikan berjuta2 anak bangsa dengan kemampuan yang bagus harus mengubur impiannya hanya karena biaya pendidikan tidak menjangkau mereka. Bukankah hak untuk mendapatkan pendidikan dijamin oleh UUD.

Pendidikan murah/ terjangkau dapat saya ilustrasikan dengan contoh seorang pekerja pabrik dengan suami-istri bekerja dengan penghasilan 1,5 jt per bulan, punya 2 orang anak, dengan biaya hidup per bulan 1,4 jt, sisa 100 rb, apakah harus membayar pendidikan untuk anaknya yang duduk di bangku SMP dan SMA. Menurut saya memang harus bayar, tetapi sesuai dengan kemampuan mereka, ini sebagai ikatan moral bahwa mereka ada faktor korbanan yang dikeluarkan untuk pendidikan, dan diukur berdasarkan kemampuan mereka walaupun itu 10 rb rupiah per bulan. Dan ini dijamin oleh negara, bahwa korbanan yang dikeluarkan oleh orang tua peserta didik sesuai kemampuan mereka, dan negara wajib menyubsidi kekurangan biayanya. Sehingga hal ini mendidik anak mereka yang duduk di bangku sekolah dan PT untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan karena ada korbanan yang dikeluarkan.

Pendidikan yang murah / terjangkau juga dapat memberikan pembelajaran bagi peserta didik bahwa dia berkontribusi dalam menikmati pendidikan, atau ada biayanya sesuai kemampuan finansial orang tuanya. Sehingga secara psikologis ada motivasi untuk belajar dengan sungguh2, karena jika tidak maka ada korbanan yang dia berikan untuk mengenyam pendidikan. Ada kompetisi untuk berprestasi dan beraktualisasi secara positif di lingkungan pendidikan.

Maka dari itu kesehatan gratis bagi saya adalah keharusan, tetapi untuk pendidikan gratis saya tidak sepakat, lebih baik pendidikan murah/ terjangkau bagi semua lapisan masyarakat dari SD sampai PT. Sehingga pendidikan tidak hanya untuk orang kaya, tetapi anak tukang becak, anak buruh pabrik, anak pedagang kaki lima, anak buruh tani, anak petani penggarap, petani dengan lahan sempit, nelayan miskin, kalangan proletar pun bisa sekolah sampai PT dengan biaya yang bisa dijangkau oleh keuangan-nya. Tidak membebani mereka dengan biaya yang bisa 1 th penghasilannya.
Maka kesehatan gratis dan pendidikan murah sampai PT untuk kemajuan SDM bangsa Indonesia adalah layak untuk diperjuangkan!!

SAI
SEA'96

Minggu, 22 Maret 2009

gara-gara gaptek

BLOG SOSEKTAERS BISA APA??????


Emang kalo dipikir2 saya ini termasuk makhluk yang gaptek (gagap teknologi) dan gak melek informasi. Bayangkan saja... kalo ternyata saya telat tau bahwa ada face book dan friendster di dunia yang maya ini. Saat ini saya termasuk salah satu terdaftar (bukan terdakwa) dalam situs pertemanan tersebut.
Saya perkirakan baru 3 bulanan saya aktif di facebook.. dan akhirnya bisa bertemu dengan beberapa teman yang tidak saya temui di sosektaers kita semisal tri wahyu yang lagi asyik di Aussie, achmad sahid yang lagi berjuang di dapil lamongan bahkan pak rahman hartono. Seandainya saya megenal facebook lebih dulu sebelum saya mengawali membuat blog sosektaers maka dipastikan bahwa blog ini tidak akan ada..
Tetapi mungkin udah jalannya sehingga saya lebih dulu diberi kesempatan mengawali blog ini hehehe.....
Ternyata......... sejelek-jeleknya blog kita ini (saya tidak pernah menyesal karena pernah membuatnya) masih ada kelebihan dari pada face book (bukan berarti face book gak positif). Buat temen yang mau iklan usahanya juga juga bisa (sudah dilakukan tri wahyuni), mau iklan caleg monggo (selama anak sosek setau saya ada 2 orang yaitu titis (96) dan sahid (97) , open password, proposal acara himpunan (permaseta) siapa tau kita bisa bantu dana sedikit2 dari alumni atau mau cerita pengalaman waktu di luar negeri (udah dilakukan hesthi).

Ternyata tinggal kita menggunakan media ini saja.....Jadi silahkan dipake media ini.....

Bukan begitu para sosektaers??????
RACHMAN 96

Jumat, 20 Maret 2009

PEMILU 2009 - JANGAN SALAH PILIH





enak ya, kerjanya sambil tiduran di rapat, tapi digaji ...

Padahal di Perusahaan tempat kita BEKERJA, kerja sampai pagi & tidur di kantor pula, diomelin anak - istri, gaji lembur belum tentu di bayar, he.he.he

Pemilu 2009 adalah pemilu terbanyak yang melibatkan caleg atau calon legislatif, sebenarnya berapa sih gaji dari anggota DPR?

Penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga kategori, yaitu

rutin perbulan, rutin non perbulan dan sesekali. Rutin perbulan meliputi :

Gaji pokok : Rp 15.510.000
Tunjangan listrik : Rp 5. 496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000
Total : Rp 46.100.000/bulan
Total Pertahun : Rp 554.000.000

Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan nonbulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni.

Gaji ke-13 :Rp 16.400.000
Dana penyerapan ( reses) :Rp 31.500.000
Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses jika di total selama pertahun totalnya sekitar Rp 118.000.000. Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu:

Dana intensif pembahasan rencangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar Rp 5.000.000/kegiatan
Dana kebijakan intensif legislative sebesar Rp 1.000.000/RUU

Jika dihitung jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir 1 milyar rupiah. Data tahun 2006 jumlah pertahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000. Woww.. pantas jika mereka mengejar kursi DPR, belum lagi dana pensiunan yang mereka dapatkan ketika tidak lagi menjabat.


Sumber:
www.kabarinews. com
http://warnadunia. com/rahasia- kenapa... i-anggota- dpr/


SELAMAT MEMILIH WAKIL RAKYAT – 9 APRIL 2009– JANGAN SALAH PILIH

lanjutan TEMU ALUMNI

tuh kan...dibilang bukan panitia pastinya ada yang kelupaan hihihihi...


by the way, konfirmasi transfer n kehadiran diminta sms :

namajurusan/prodiangkatannominal transferBCA/MANDIRI

kirim ke 08170504001


cheers

hesthi
(jangan tanya ini undian berhadiah ato bukan as....i dont care :D )

PENGUMUMAN TEMU ALUMNI SOSEK

Mohon kehadiran teman-teman pada :

Hari : Sabtu, 28 Maret 2009
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Gazebo FPUB
Acara : Sarasehan dan Temu Alumni FP Angkatan '96-'03


kontribusi minimal Rp.50.000,- per orang, transfer ke:

1. Bank BCA
no. rekening 4480193101

atau

2. Bank Mandiri
no. rekening 1440006727447

a.n Bayu Adi Kusuma



cheers

hesthi
(bukan panitia, cuman nyampein doank, jadi jangan tanya cos it'd be useless :p)

Kamis, 19 Maret 2009

Masih Bicara Politik

Membicarakan persoalan politik terkadang memang lebih mengasyikkan dilakukan di pinggiran jalan, terminal, café, warung kopi atau segala tempat yang tidak menuntut banyak aturan. Lebih terasa natural, mengalir deras, seperti serangan zionis Israel kepada Palestina. Adu argumenpun terasa lebih hidup, bertahan pada argument masing-masing, sekuat semangat intifada bocah-bocah Palestina mempertahankan tanahnya. Tengok saja pembicaraan persoalan politik pada diskusi tingkat tinggi di seminar-seminar, workshop, istana negara, gedung parlemen, atau segala tempat yang berbirokrasi tinggi. Banyak kesimpulan yang dihasilkan tak lebih dari sekedar analog pada sebuah barang yang mudah didapat tetapi tak terjangkau daya deli masyarakat.

Bagaimana tidak ratusan seminar, ribuan workshop, puluhan sidang paripurna dilaksanakan tapi banyak juga yang mati-matian menolak, membuat seminar tandingan, menggelar demo, gerakan ekstra parlementer, istilah kerennya. Jika ada aksi tentu ada reaksi, dual control, apalah istilahnya, dalam politik, ada oposisi mungkin. Beberapa kasus di daerah misalnya, sebagai contoh seorang walikota dari partai A, dan karena sistem pemilihan langsung, maka dia terpilih sementara partai A bukan pemenang pemilu atau partai besar. Apalagi pengukuhan kemenangan melalui proses hukum karena sengketa..Alhasil dapat ditebak, susah sekali pasti si walikota membuat kebijakan pasti selalu ditolak oleh parlemen atas nama oposisi.

Saya juga tidak tahu apakah kegilaan orang-orang atas demokrasi itu yang menyebabkan itu, atau karena kurangnya pemahaman tentang demokrasi. Karena bagi saya demokrasi memang tidak bisa dipahami. Yang besar yang menang. Itu saja bagi saya. One man one vote. Satu suara Habibi sama dengan satu suara Ryan sang jagal dari Jombang. Bagaimana tidak ketika negeri ini terkungkung dalam sebuah rezim tirani maka hampir dapat dipastikan setiap orang yang merasa paham meneriakkan kebebasan, demokrasi pilihannya. Dan saya yakin pula bahwa demokrasi adalah produk impor. Tetapi ketika demokrasi memenangkan hati sebagian besar masyarakat kita, teman-teman kita yang merasa paham tadi kembali meneriakkan untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilu, dengan dalih tak ada calon wakil yang layak.

Seperti yang saya bilang diatas tadi emang lebih berbicara politik di warung kopi daripada di gedung parlemen. Bebas. Tak ada aturan yang mengikat. Pemilu dengan segala aturannya adalah produk demokrasi, di negara manapun juga begitu, tetapi semua itu mengikat. Wakil rakyat terikat dengan partai politik, setiap partai politik terikat dengan konstituennya, begitu terus, interaksi terjadi, harmonis, berkhianat, rujuk lagi dan terus begitu. Tidak enak tentunya. Lebih enak kalau berbicara di luar sistem, di seberang jalan, berteriak tanpa ikatan apapun. Tak ada tekanan. Lebih keren kalau mengatas namakan rakyat. Dalam demokrasi yang boleh mengatas namakan rakyat hanya yang memiliki kontituen. Jadi kalau anda bersama sekelompok orang berdemo maka sebenarnya anda menyuarakan kelompok anda. Itu sah saja dalam demokrasi.

Kita harus menerima kenyataan pahit ini, bahwa ketika kita mempercayai demokrasi tetapi tidak pada sistemnya. Bagaimana demokrasi diagungkan sementara produknya dicela. Wakilnya tak ada yang layak. Sebagian berpendapat itu masalah moral, karakter masyarakat pengguna demokrasi. Jadi pertanyaan sederhananya, apakah demokrasi bisa dilaksanakan jika semua penduduk negeri ini telah bermoral, sehingga pasti caleg-nya bermoral? Kalau jawaban iya kapan itu terjadi, yang jelas bukan sekarang bagi sebagian orang. Berarti kita ganti saja demokrasi ini dengan sistem lain….

Tapi apa semudah itu, penggagas demokrasi negeri pasti tidak terima, anak-anak Heraclitus (pencipta demokrasi) akan mati-matian mempertahankannya. Coba renungkan kembali ungkapan Plato Dalam The Republic, Plato menyuguhkan sebuah analogi bagaimana para awak sebuah kapal berebut ingin menjadi nahkoda kapal meskipun mereka tidak pernah belajar tentang navigasi. Bagaimana mungkin kaum yang awam tentang kapal, musim, langit, bintang dan angin bisa dipercaya menahkodai sebuah kapal, inilah sindiran Plato.

Lha terus bagaimana, negeri harus cepat bertindak. Anak-anak bangsa ini membutuhkan makan, sekolah murah, kesehatan gratis biar bisa menatap dunia ini dengan kepala tegak. Betapa tidak enaknya menjadi Negara terjajah selam lebih dari 350 tahun dan 64 tahun menjadi Negara inferior. Menjadi buruh di ladang sendiri. Kebiasaan yang tidak puas pada sesuatu kemudian membuat tandingan harus segera di akhiri. Sebagai politisi tidak puas di partai A bikin partai B, tidak lolos verifikasi golput. Sebagai konstituen tak cocok partai A, pilih B tidak masalah, tapi kalau dari partai A – Z tak cocok, golput aja. Dalam demokrasi adalah hak setiap warga Negara untuk berekspresi, saya kira kita harus bijak dalam menggunakan hak itu. Memilih atau tidak.

Secara pribadi bagi saya, tidak menggunakan hak pilih dengan lebih memilih golput adalah mengada-ada. Kalau dalam kehidupan sehari-hari saja kita bisa sedikit berkompromi dengan perusahaan tempat kita bekerja, dengan istri kita, rekan kerja kita, tetangga kita, anak-anak kita, sahabat kita hanya supaya kita tetap gajian, tetap beristri, tetap berteman, kenapa untuk Negara ini tidak ada sedikit kompromi pada partai politik beserta calegnya. Bayangkan bila semua kita pandang menurut kacamata kita. Saya yakin anda tidak punya tempat kerja, tidak beristri, tidak punya teman, karena tentunya tak ada yang bener-bener cocok dengan kita. Sekarang ada berapa ratus caleg, masih ga ada yang layak, bagus, cocok minimal kenal, atau jangan-jangan mengkerdilkan pandangan kita dan memilih bersembunyi di balik opini yang karena beberapa fakta kebobrokan wakil rakyat kita. Jika memang harus bepergian dengan mobil bersama kawan-kawan dan tak ada yang berpengalaman jalan jauh, minimal bisa dipilih sopir yang paling duluan bisa nyetirnya, kalau salah jalan,kita juga ikut melek, jadi bisa mengingatkan, kalau cape, ganti aja.

Mungkin cara menarik kesimpulan saya terlalu sederhana tapi seperti saya sampaikan bicara politik di seberang jalan lebih menarik…Seperti disini..he..he..Dan sekali lagi demokrasi adalah alat semata untuk mencapai tujuan masyarakat berKeadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kalau menyimpang dari tujuan ya ganti. Minimal kita memenangkan sistem demokrasi ini, perkara nanti ganti, perkara kedepan.

Salam Boy

Jumat, 06 Maret 2009

Tentang Alm. May...

Inaillahiwainaillahi Rojiun...

Itu kalimat pertama yang saya ucapkan ketika mendengar berita meninggalnya salah seorang sahabat kita, Maemunah ,98 atau yang lebih akrab dikenal dengan nama May. Berita itu sampai kepada saya di Kalimantan Timur ini dari seorang sahabat bernama Shanti' 98.

Entah apa perasaan apa yang saya rasakan saat itu. Kaget, sedih, galau berkecamuk jadi satu dalam hati saya. Memori pikiran saya kembali membuka lembaran lama akan sosok May.

Pertama kali saya mengenal May, saat kami mengambil satu mata kuliah yang sama. awalnya saya pikir May seorang pendiam dan tidak mudah bergaul. Terlihat karena jarangnya May ngobrol dengan teman-teman lain. Apalagi karena saat itu May dan beberapa teman dari ambon adalah mahasiswa pindahan dan salah satu universitas di Ambon ke universitas Brawijaya karena kerusuhan di Ambon.

Namun, presepsi awal saya tentang May berbeda dengan pertemuan-pertemuan kami selanjutnya. May ternyata adalah seorang sahabat yang ramah, menyenangkan dan friendly. Terbukti dari obrolan kami yang nyambung walaupun kami jarang bertemu.

Salah satu memori yang paling sangat saya ingat yaitu tentang komentar dia mengenai Glen Fredly. Itu lho penyanyi nyong Ambon yang punya suara emas yang sekarang jadi misua Dewi Sandra.

Mengapa tentang Glen? Cerita begini. Suatu ketika saya maen-maen ke tempat Santi’98, sahabat saya yang juga satu tempat tinggal sama May. Iseng-iseng saya maen ke kamar May yang bersampingan dengan kamar Shanti. Saat itulah May lagi dengarin kasetnya Glen. Kebetulan Glen waktu itu masih pendatang baru di dunia music. Berhubung saat itu saya memang jadul banget sama namanya music.

Dengan polosnya saya nan yain siapa penyanyi lagu tersebut. Kok kayanya baru dengar ya lagunya? Hehehe…

Eh, may tanpa di komando langsung deh promosiin si Glen, dari suaranya, sosoknya,lagunya sampai segala macem deh. Terlebih Glen kan juga dari Ambon, jadi pas deh paket promosinya.

Berhubung saya juga senang dengarin suara Glen saat itu, saya jadi setuju deh dengan promosi may. Apalagi pas May bilang kalau dia yakin banget kalau Glen bakal jadi salah satu penyanyi pria yang di perhitungkan di Indonesia. Saya manggut-manggut aja setuju.

Dan ternyata benar juga predisi May, kalau Glen ternyata bisa meroket naman ya di blantika music Indonesia. Apalagi dengan lagunya “Pantai Cinta” yang sampai saat ini jadi salah satu favorit love song saya.

Cerit a lain tentang May yang paling membekas, saat May bercerita tentang kondisi Ambon saat itu yang memang lagi kerusuhan. May bercerita banyak tentang keluarganya dan terutama kondisi di sana. Benar-benar cerita nyata dan fakta yang bikin tidak bisa tidur semalaman. Terlebih waktu dia cerita tentang banyaknya kejadian nightmare yang bikin sport jantung sekaligus menangis sedih mendengarnya. terlebih kalau memang benar-benar jadi saksi hidup disana seperti May dan teman-teman dari Ambon lainnya.

Sampai sekarang saya masih ingat ngobrol sama May. Terkadang sampai tertawa lepas. Dan saya jujur sampai saat ini tidak menyangka kalau May bakal mendahului kita semua.


Kembali cerita tentang May, dalam lubuk hati yang paling dalam saya dan keluarga turut berduka cita dan berdoa agar arwah may dapat di terima di sisi Allah SWT. … Amin..

Selamat jalan May…
Selamat Jalan Sahabatku…


dari : Tri Wahyuni'98

CERITA ANAK RANTAU

Membuka mailing list teman2 seperjuangan dirantau yang sedang seru membahas kasus mahasiswa indo di singapura, membuat saya dan teman2 terhenyak bahwa kasus tersebut hanya sebagian kecil dari berbagai kasus percobaan bunuh diri di singapura oleh para mahasiswa. menurut salah satu tulisan di multiply yang dikutip seorang teman dari kompas bahwa beberapa dari mereka pernah berupaya melompat dari kereta yang sedang berjalan atau berusaha memukulkan kepala mereka ke kaca jendela. "Stress" adalah kata yang tepat menggambarkan keprihatinan kami kepada mereka, yang mana "stress" inilah yang kami pula rasakan sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu dinegara maju.

Membuat saya menjadi flashback kehidupan saya, keluarga dan teman-teman lain semasa menuntut ilmu dinegeri orang. kehidupan yang terjamin, pemenuhan kebutuhan anak dan suami atau istri secara gratis, dan kemudahan akses yang diberikan oleh negara-negara maju tersebut, harus kami bayar mahal dengan tuntutan yang melebihi dari mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari negara mereka sendiri, tanpa melihat kemampuan otak dari kami masing-masing sebagai individu. tak sedikit pula teman-teman yang dipulangkan tanpa gelar atau dengan gelar seadanya karena tak mampu memenuhi tuntutan universitas dimana mereka belajar. Teringat kembali upaya saya pribadi yang bisa dikatakan, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, rutinitas yang selalu dimulai jam 3 pagi setiap harinya, dan baru selesai jam 10malam dihari yang sama, hanya untuk memenuhi tuntutan belajar dan nilai yang bagus tanpa harus mengesampingkan posisi saya sebagai ibu dan istri dari keluarga saya. Teringat pula ketika saya masih baru disana, kaget dengan sistem dan tuntutan yang ada, dititik kulminasi yang sudah tidak terbendung lagi,saya terduduk dilantai kamar, menangis sejadi-jadinya, merasa saya bodoh dan tidak layak untuk bersekolah yang lebih tinggi lagi, kepikir untuk pulang kembali saja, dan membuka usaha dirumah seadanya, jika seandainya keluarga terutama suami saya yang menyemangati saya bahwa saya bisa menaklukkan segalanya kala itu. Teringat saya sering duduk melamun dibus kearah kampus atau pulang kerumah, takjub pada diri saya sendiri, kok bisa ya saya setegar ini?? kenapa waktu itu juga tak kepikiran untuk bunuh diri ya?? naudzubillah... ah mungkin karena saya masih suka sama Char Kwe Tiaw-nya Timmy's Kitchen atau waktu itu belum sempat nyobain steak nyuss-nya Hog's Breath Cafe :D .....

Yah...diambil segi positifnya, tanpa tempaan-tempaan itu, saya tidak akan bisa menjadi diri saya yang sekarang, apalagi tanpa dukungan keluarga. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi cerminan orang-orang kita dinegara sendiri bahwa hidup di rantau tidak selalu enak seperti yang mereka kira. Sifat euphoria orang-orang kita perlu dihapuskan, stop berkata "aih...enak ya diluar negeri, gaji tinggi, hidup terjamin, bla bla bla...." atau "wah...beruntung sekali bisa keluar negeri...: ya mungkin kami ini beruntung bila dibandingkan dengan berjuta-juta orang indonesia yang ingin menempuh pendidikan diluar, akan tetapi perlu diingat bahwa dibalik itu semua ada pengorbanan dan tuntutan yang begitu besar yang mana tidak semua dari kita bisa menghadapi dan memenuhinya dengan tegar dan lancar. karena semua itu tergantung pada kekuatan diri kita masing-masing.


cheers

hesthi

Minggu, 01 Maret 2009

nasi bakar

Mumpung hari minggu, waktunya agak panjang bwt istirahat....
kita masak2 yuk....
ini menu favorit keluarga saya nih..
NASI BAKAR PINDANG...mantap......





Nasi Bakar Pindang Tongkol


Bahan :

1. 200gr daging pindang ikan tongkol yg udah disuwir2
2. 1 ikat daun kemangi, ambil daunnya dan 1 ikat daun ketela muda ambil daunnya
3. 3 tangkai serai, iris tipis bagian putihnya
4. 7 lembar daun jeruk, potong-potong
5. 100 ml santan dari 1/2 butir kelapa
6. 850 gr nasi putih pulen bisa juga pake nasi merah kalo pengen lebih menarik
7. 2cm lengkuas, iris halus
8. 4 lembar daun salam
9. 2 sdt garam
10. 3 sdm minyak untuk menumis
11. Daun pisang untuk membungkus dan lidi

Haluskan :

1. 1 sdt ketumbar sangrai
2. 6bh bawang merah
3. 3 siung bawang putih
4. 3cm kunyit
5. 1/2 sdt gula merah
6. 1/2 sdt merica
7. 1cm jahe
8. 2 batang serai ambil putihnya saja

Cara membuat :

1. Tumis bumbu halus, daun salam. daun jeruk, lengkuas dan serai sampai harum
2. Tambahkan daging pindang tongkol, aduk hingga berubah warna.
3. Masukkan nasi dan santan, aduk hingga bumbu meresap dan matang
4. Taburkan daun kemangi dan daun ketela, aduk rata dan matikan api
5. Sendokkan ke daun, semat dengan lidi dan bakar di atas bara api sampai harum
6. Bisa jadi 6-7 bungkus nasi bakar


jadi deh... selanjutnya silahkan menikmati....

gambar sudah ditambahkan ayam dan tempe...hehehe bonus tuh
rachman

Caleg DPR-RI orang Jakarta Semua?

Anda masih pernah nonton TVRI (Televisi Republik Indonesia)? Mungkin diantara kita sudah tidak pernah menonton TVRI, jika adapun jarang, saya-pun demikian. Mungkin saya baru nonton TVRI jika tontonan di TV yang lain sudah tidak menarik atau menjemukan. Hal ini beda dengan 20 tahun yang lalu ketika belum adanya TV swasta macam RCTI dan SCTV, TVRI adalah satu-satunya TV di Indonesia. Beberapa bulan yang lalu saya kebetulan menonton TVRI, ada sebuah acara monoton yang sebetulnya tidak menarik tapi tetap saya lihat. Acara apakah itu? Yaitu acara pengumuman daftar Calon tetap anggota DPR-RI. Acaranya menyebutkan satu-persatu caleg dari berbagai partai politik sesuai dengan daerah pemilihannya. Menyebutkan nomor urut, nama dan domisili para calon legestalif tersebut.
Tapi alangkah herannya saya ketika melihar daftar calon tetap anggota DPR-RI tersebut, mayoritas anggota Dewan yang akan mewakili sebuah daerah pemilihan berdomisili di Jakarta. Bahkan calon anggota dewan yang berdomisili di Jakarta tersebut memiliki nomor urut atas. Meskipun nomor urut sudah tidak menentukan tetapi secara psikologis masih mempengaruhi emosional para caleg dan para pemilih. Ketika ditelusuri banyak diantara mereka adalah pengurus pusat partai bersangkutan, yang pasti berdomisili di Jakarta ibu kota tercinta, hanya sedikit yang berasal dari pengurus daerah. Mungkin pengurus daerah hanyalah pelengkap daftar calan anggota DPR-RI agar tidak kelihatan melompong kolom partainya.
Saya juga jadi ingat dengan film kartun Bang One yang muncul di TVone, (kalau saya membacanya t-fone). Bang one pernah menampilkan permasalahan diatas, dimana dalam sktesa tersebut beberapa caleg dari beberapa partai politik memperkenalkan dirinya sebagai wakil dari daerah pemilihan di luar Jakarta, akan tetapi di ending sketsa salah satu caleg mengajak calag-caleg yang lain untuk traktiran makan, ternyata mereka semua berdomisili di Jakarta, alasannya di jaman yang modern ini semua daerah bisa di jangkau dengan menggunakan alat komunikasi yang canggih.
Ini adalah sebuah ironi dimana suatu daerah tidak diwakili oleh orang yang berdomisili di daerah tersebut, padahal apabila nanti terpilih orang tersebut akan mewakili daerah tersebut untuk menentukan nasib bangsa ini. Tak jarang para petinggi partai yang menentukan siapa, di tempat mana dia dicalonkan, terutama didaerah yang memiliki potensi menyumbang suara, para pimpinan partai berlomba menempati daerah tersebut meskipun di bukanlah orang daerah tersebut bahkan tidak pernah datang ke daerah tersebut. Kalo begitu bagaimana aspirasi masyarakat bisa sampai ke Pusat jika wakilnya saja tidak mengetahui kondisi sosial ekonomi, sosiolagi, demografi, geografi, ekologi, mungkin jika perlu fisika dan kimia daerah yang dia wakili.
Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan keadaan ini bisa terjadi:
Pertama, adalah kondisi partai yang bersangkutan. Di partai tersebut tidak terdapat kader-kader yang mumpuni dari daerah pemilihan tersebut untuk dicalonkan sebagai anggota dewan baik dari segi kapabilitas, acceptabilitas, dan elektabilitasnya. Bisa juga dikarenakan kesemena-menaan pimpinan pusat partai tersebut, dimana kader-kader daerah tidak diberikan kesempatan untuk mewakili daerahnya ke Senayan, dikarenakan para pengurus pusat takut kalah bersaing.
Kedua, adalah peraturan yang ada baik Undang-udang pemilu maupun peraturan-peraturan tentang pemilu memang memberikan kelonggaran. Dalam peraturan KPU tentang persyaratan domisli calon anggota dewan hanya menyebutkan bertempat tinggal di Wilayah NKRI, tanpa membatasi wilayah calon anggota dewan sesuai dengan daerah pemilihan yang akan mereka wakili. Jadi seseorang yang tidak penah datang ke suatu daerah dapat mewakili daerah tersebut.
Memang tidak berarti orang yang diluar daerah didaerah pemilihan tidak dapat mengembankan aspirasi konstituennya, dan juga tidak menjamin caleg dari daerah asal dapat mewakili suara konstituennya lebih baik dari caleg dari luar daerah. Akan tetapi akan lebih baik jika orang yang mewakili daerah pemilihan adalah orang yang telah mengetahui daerah pemilihan yang diwakilinya
Seharusnya tentang peraturan domisili harus dibuatkan juklak yang dapat meminimalisir pelangaran domisili. Beberapa saran tentang syarat seseorang dapat mewakili daerah tersebut:
1. Lahir di daerah tersebut, hal ini dikarenakan orang yang lahir didaerah tersebut biasanya memiliki keterikatan batin, dimana seseorang akan menganggap dirinya sebagai putra daerah yang selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk daerahnya.
2. saat ini berdomisili didaerah tersebut, dalam artian dalam keseharianya memang dia tinggal didaerah tersebut. Caleg tersebut benar-benar tinggal dan beraktivitas didaerah tersebut tidak hanya berdasarkan KTP saja sedangkan setiap harinya caleg tersebut tinggal didaerah lain
3. Pernah berdomisili didaerah tersebut minimal selama 5 tahun. Jangka waktu 5 tahun sama dengan jangka waktu dimana caleg tersebut akan mewakili konstituennya di Jakarta, selain itu jangka waktu 5 tahun adalah waktu yang cukup untuk seseorang mengerti seluk beluk suatu daerah
4. Yang sejelek-jeleknya adalah, memiliki istri, suami atau orang tua dari daerah tersebut. Dimana dengan memiliki istri, suami atau orang tua daei daerah tersebut maka secara tidak langsung caleg tersbut akan memiliki rasa memiliki daerah tersebut sebagai tanah leluhur keluarganya.
Ini adalah sebuah harapan, supaya pada pemilu yang akan datang anggota dewan yang di senayan merasa mewakili daerah pemilihannya, dan konstituen merasa terwakili daerahnya di senayan.
Artikal ini bisa di longok di:
www.machbub-papa.blogspot.com