Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Senin, 28 Desember 2009

Gaya (HIDUP)Instant ...

Posting by Luqman Setiawan

Madu dalam hidup ini,dan dikejar oleh banyak orang adalah gaya hidup yang serba instant.Mau apa aja tinggal remote sana remote sini.Susah nomor 2,yang penting hari ini kita dapet manisnya.Jangka pendek bisa senang-senang,jangka panjang ? biar anak cucu yang tanggung.Sepertinya pepatah yang dimantra waktu kita SD dulu "Berakit-rakit dahulu,berenang-renang ketepian; bersakit-sakit dahulu baru senang kemudian" sudah kehilangan pengikutnya di era digital yang penghuninya banyak yang sudah pada mabuk facebook ini.Truss ?

Saat transmigrasi "bedol desa" ortu buyut kita,Adam dan Hawa ke alam semesta yang bernama bumi ini,kehidupan negeri dongeng dengan gemerlap dan serba instant yang mereka temui di surga semestinya segera berakhir dan berganti dengan kerja nyata : memelihara,dan merawat alam semesta dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana titah sang Penguasa Langit dan bumi ;"Tidak aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepadaKU".
Namun yang terjadi adalah, kerusakan bumi makin terkuak lebar karena hawa nafsu manusia untuk mewujudkan kenyamanan hidupnya secara berlebihan. Agar bisa nyaman dengan segala kemudahan,remote,dan serba instant.

Tidak ada larangan untuk menikmati hidup.Dengan gaya dan model seperti apapun.Yang penting untuk dicatat adalah apakah harga kenikmatan hidup yang kita bayar itu sepadan dengan aspek keadilan baik dari sisi kita,keluarga kita,lingkungan kita,termasuk keseimbangan alam sekitar kita.Apa jadinya kalo confortable zone yang kita kejar menabrak rambu2 dari keseimbangan diatas.Maka yang terjadi adalah kenikmatan kita saat ini dibayar mahal oleh generasi selanjutnya.Atau sama dengan,kita menyandera kehidupan selanjutnya ; bisa itu kehidupan kita sendiri apalagi kehidupan anak cucu generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, realitas instant yang berkembang kian massif dewasa ini harus bisa kita sikapi dengan jernih. Agar kita tidak disandera oleh masa depan alih alih menjadi beban bagi generasi selanjutnya.
Bukankah kehadiran kita ini sebagai pemakmur bumi ? pemelihara ekosistem,penjaga keseimbangan tata alam.

Pilihan hiudp kembali pada kita.Mau instant ? mau berproses ?
Monggooo...

Jumat, 11 Desember 2009

Pidato seorang bocah yang mengguncang dunia

Posting by Luqman Setiawan

Kisah anak kecil bernama Severn Cullis-Suzuki ini barangkali dapat memberikan kita inspirasi betapa sudah waktunya yang tua banyak belajar dari kaum yang lebih muda dalam hal visi dan nilai tentang kehidupan itu sendiri.

Severn Suzuki pada usia 9 tahun telah mampu mengorganisir anak-anak sebayanya dan mendirikan organisasi bernama Environmental Children's Organization (ECO).ECO didirikan dan didedikasikan untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan.

Dalam Konferensi Lingkungan Hidup PBB, Severn,atas nama perwakilan ECO diundang untuk berbicara dalam forum tingkat tinggi yang dihadiri oleh pimpinan dunia,jusnalis dunia,dan pebisnis,dan tokoh-tokoh tingkat dunia lainnya.

Severn memberikan sebuah pidato yang kuat dan mampu membungkam para pemimpin dunia yang hadir dalam forum tersebut.

Apa sesungguhnya yang disampaikan oleh Severn yang pada waktu berpidato berusia 12 tahun sehingga mampu mengguncang dan menggegerkan ruang sidang ? Dan setelah pidatonya selesai, seluruh peserta berdiri memberikan tepung tangan penghormatan kepada seorang anak kecil berusia 12 tahun ?

Tanya kenapa ?

Berikut pidato dari Severn Cullis-Suzuki,bocah kencur berusia 12 tahun di forum tinggi PBB tentang Lingkungan Hidup ...

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental
Children Organization
Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12
dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,
Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk
bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di
sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan
masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum
atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi
semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat
yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan
habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena
berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena
saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa
tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.
Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu
persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar
binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan
burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal
tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini
ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua
pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki
semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa
anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai
asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang
telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di
tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak
tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota
perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah
ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi
- dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua
adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih
dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi
udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan
tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu
untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak
ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi
dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan
dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,
komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah
satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku
kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan
makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih
sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia
sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan
yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari
anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak
yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau
pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua
uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa
indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk
berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan
orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang
kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk
berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang
anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda
melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah
yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua
seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan
mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang
terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda
semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena
perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya
menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

*******

Sesaat setelah pidato Severn Cullis-Suzuki, Ketua PBB menyampaikan komentarnya sebagai berikut :

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri
karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan
isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato.
Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak
yang berusia 12 tahun "

Semoga Sosektaers dapat mengambil manfaatnya, apalagi Sosektaers sebenarnya punya "kendaraan" organisasi bernama PERMASETA Unibraw dan bisa diarahkan untuk tujuan-tujuan yang baik dan bukan sekedar seremonial hura-hura semata.Sekali lagi.
SEMOGA.

Jumat, 04 Desember 2009

Koyo iyo iyo'o



Posting by Rachman Adi Saputra *

Judul diatas sebenarnya sebuah kalimat dari bahasa jawa (saya juga belum lama tau istilah ini), yang dapat diartikan seseorang yang seakan2 tahu padahal dia belum tentu tahu mengenai tersebut dan seolah2 ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dia mengerti dan paham mengenai hal tersebut (kira2 begitu).
Saya tertarik mendiskusikan istilah tersebut karena kayaknya kita semua dalam beberapa bulan terakhir ini telah menjadi orang yang seakan-akan mengerti dengan jelas permasalahan dan langsung memutuskan hal terebut karena opini yang berkembang luas di masyarakat dengan dibantu peran media. Bagaimana dalam waktu yang berdekatan kita seolah-olah sudah dapat menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam contoh kasus yang seakan-akan memiliki benang merah yaitu kasus ANTASARI, BIBIT & CANDRA, SUSNO dan BAILOUT BANK CENTURY. Saat ini kita sealah olah diajak menjadi ahli hukum dan ahli ekonomi. Bagaimana kita digiring oleh opini2 sehingga ribuan orang berdemo pada masing2 opini yang belum tentu mereka tahu kebenarannya bahkan satu juta orang melalui facebook mendukung suatu opini yang justru kita semua belum tahu kebenarannya. (walaupun kita tahu id di internet dapat dengan mudah digandakan)????? sehingga satu juta belum berarti satu juta.
Sebuah hal menarik terjadi pada saat terjadi diskusi Lawyer's club yang ditayangkan secara live di Tvone beberapa waktu yang lalu bagaimana seorang Karni Ilyas tidak dapat menjawab pertanyaan dari pengacara OC Kaligis mengenai pernahkah seorang Karni Ilyas melihat berkas-berkas perkara seperti lazimnya hal orang berperkara pada saat membahas kasus mengenai Bibit Candra yang diperdebatkan apakah perlu diteruskan ataukah harus di “deponering” (satu kata lagi yang baru saya ketahui). Satu bukti yang tentang judul diatas.
Artinya (ini saya yang mengartikan sendiri) adalah kita semua saat ini masih terus diberi informasi dengan sangat berlimpah dengan berbagai sudut pandang. Sehingga disatusisi dapat membuat hal yang sangat membingungkan buat masyarakat awam seperti kita. Berita saat ini menjadi komoditas yang sangat2 laku di jual dan menjadi suatu hal yang sangat ditunggu2 pemirsanya. Begitu berharganya Informasi sehingga pada suatu saat Murdoch merasa perlu membatasi berita-berita yang disadur oleh GOOGLE dan YAHOO!!!!!! secara gratis. Berita saat ini adalah komoditas.......!!!!!!! Saya jadi ingat dengan teman2 kita di CANOPY yang juga berkecimpung di media Pertanian (CANOPY)......gmn kabarnya teman2 seperti Slamet, Widya, Siti Asnah, dan lain2........yang mewartakan media dengan sepenuh hati.
Bagi saya saat ini adalah saatnya kita menyaring semua informasi yang ditampilkan oleh media-media yang bisa jadi memiliki suatu misi tertentu terhadap beritanya. Dan akan sangat mendukung media2 yang mencerdaskan pembacanya dan bukan memperkeruh suasana untuk meningkatkan oplahnya. Dan dengan membaca berita tidak membuat kita merasa semakin tahu dan menjadi orang seperti judul di atas.

Keluhan dan pengaduan terhadap tulisan ini
Silahkan hubungi :
email : sosektaers.ub@gmail.com

NB : Tulisan ini dibuat juga tidak berarti saya tidak mendukung siapa2.......

* Penulis adalah Angkatan 1996-Alumni Sosek Faperta Unibraw.
Deklarator (pendiri) Permaseta Unibraw (1999),organisator mahasiswa jurusan (1999)
perancang Liga Sosek,dan segudang kontribusi baik lainnya.

Kamis, 03 Desember 2009

PERATURAN TENTANG ALIH FUNGSI LAHAN

Posting by SAI*

Sebagai orang yg berlatar pendidikan pertanian dan kebetulan ditugaskan di Bali oleh perusahaan tempat bekerja sekarang. Ada satu hal menarik yang ada di Bali, yaitu mengenai peraturan pemerintah daerah yang mengatur wilayah hijau. Dimana ada perlindungan terhadap sawah-sawah di Bali agar tidak tergerus oleh investor pariwisata yg sangat massif di Bali, sehingga tidak terjadi konversi lahan yang sangat cepat akibat rakusnya investor untuk mencari lahan yg digunakan untuk membuat hotel, villa, dan perumahan-perumahan.

Di Bali saya merasakan pemerintah daerah sangat konsen menjaga agar tidak terjadi alih fungsi lahan terutama areal persawahan. Di setiap jalur hijau dipasang papan pengumuman yang menerangkan bahwa sepanjang sekian meter atau kilometer adalah jalur hijau, sehingga tidak boleh ada bangunan (rumah, toko, atau apapun) yang berdiri di jalur tersebut. Walaupun masih terjadi alih fungsi lahan, tetapi tidak seradikal alih fungsi lahan di Jawa atau daerah lain yang pemerintahnya sangat tidak konsen dalam menjaga alih fungsi lahan pertanian.

Sepanjang satu tahun saya di Bali untuk wilayah persawahan yang dipasang papan jalur hijau belum pernah saya lihat terjadi alih fungsi lahan pertanian. Asumsi saya adalah karena perda tersebut efektif dalam menjaga hilangnya areal persawahan. Dimana sawah disamping sebagai mata pencaharian juga sebagai tempat yang memiliki nilai budaya dan social.
Walaupun harga tanah di Bali sangat mahal (harganya sudah setara harga jakarata), tetapi Perda ini menurut pengamatan saya mampu menghalangi terjadinya transaksi jual beli areal persawahan. Dan perda ini efektif juga melindungi petani dari mata pencahariannya, karena jika lahan pertaniannya terjual, maka petani akan tercabut dari akar social budayanya yg bermatapencaharian petani.

Ketersediaan pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan lahan. Karena hasil panen disamping ditentukan oleh intensifikasi juga ditentukan seberapa luas lahan yang dijadikan areal persawahan. Penambahan areal persawahan sangatlah tidak mudah karena pasti mengorbankan areal lain yg juga hijau dalam hal ini hutan yang sangat penting dalam menjaga iklim dan ekosistem.

Saya memiliki pemikiran bahwa entah 25 tahun lagi atau lebih negara yang menguasai pangan di dunia adalah negara yang memiliki posisi tawar lebih dibanding negara2 di dunia. Jadi langkah brilan seperti yang dilakukan Bali dengan memberikan PERDA jalur hijau untuk melindungi areal persawahan bisa diikuti oleh daerah lain. Sehingga kebutuhan pangan di Indonesia bisa terjaga dengan ketersedian lahan persawahan yg memadai, dan masyarakat bisa menjangkau harga pangan karena tidak perlu impor.

* Penulis adalah Alumni Sosektaers Unibraw (angkatan 1996),Pendiri PERMASETA, dan
sekarang sedang menikmati indahnya hidup sebagai pekerja migran di Bali.

Rabu, 02 Desember 2009

Elegi Cinta Terlarang dari Pyongyang ...

Posting by Luqman Setiawan

Kalau dunia pop Indonesia sempat bergema dengan hits kondang duo virgin lewat tembang lirih "Cinta Terlarang".lain ceritanya dengan nada sumbang yang baru saja tiba dari Pyongyang, ibu kota negeri tirani Korea Utara yang dinakhodai Kim Jong Ill.

Kabar buruk itu akhirnya tiba juga.Melalui pengumuman resmi pemerintah setempat, efektif berlaku mulai hari Senin,1 Desember 2009, negeri yang kaya akan musibah bencana alam beberapa tahun belakangan ini resmi memberlakukan pemotongan (sanering) nilai mata uangnya (won) sebesar 100 basis poin.Dalam sekejab 100 won (mata uang korea utara)menjadi 1 won mata uang mereka yang baru.Gilanya lagi, pemerintah membatasi penukaran uang yang dimiliki oleh rakyatnya. Per orang tidak boleh menukarkan lebih dari 100.000 won,belakangan di revisi menjadi maksimal 150.000 won penukaran per orang.Hal ini sama artinya dengan tidak berharganya kepemilikan uang ditangan masyarakat yang melebihi batasan maksimal yang ditoleransi pemerintah. Alias,uang ditangan mereka menjadi sampah dalam sekejap.

Harus diakui, Korea Utara dapat dikategorikan sebagai negeri yang kacau balau dalam segala bidang.Disempurnakan lagi dengan silih bergantinya musibah bencana alam.Tapi sekacau-kacaunya negeri komunis yang satu ini, nilai tukar mata uangnya terhadap dollar Amerika hanya terpaut : 1 USD = 135 Won versi valas resmi pemerintah,dan 1 USD = 2000 s/d 3000 Won versi pasar gelap yang menjamur di negeri itu. Artinya, sebelum sanering,nilai mata uangnya terhadap US Dollar kelihatan masih bernilai. Bandingkan dengan Indonesia yang kurs 1 USD nya saat ini setara dengan Rp 9,435 (kurs rerata hari ini).

Mengenai yang namanya Sanering ini,kisah Indonesia pernah mengalami masa pahit serupa dengan kasus Korea Utara saat ini.Kisah sedih tersebut merupakan klimaks dari periode perekonomian tragis tahun 1960 - 1965 dengan fakta-fakta fantastis : inflasi rata-rata tahunan 650 %, indeks biaya 438 %, indeks harga beras 824 %, tekstil 717 %, dan rupiah anjlok nilainya terhadap US$ tinggal 1/75 (satu per tujuh puluh lima) dari angka Rp 160/US$ menjadi Rp 120,000/US$.Karena pemerintah tidak punya pilihan lain dalam menyelamatkan nilai mata uangnya, maka pemerintah waktu itu (Bung Karno) mengeluarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.27/1965 yang menjadikan Rp 1,000 (uang lama) menjadi Rp 1,- (uang baru).

Isu Sanering di Indonesia juga sempat dipertimbangkan oleh pemerintah pada puncak krisis 1997/1998 namun dengan berbagai kalkulasi maka kebijakan yang satu ini tidak diambil oleh pemerintah.Andaikan sanering jadi diambil pemerintah pada waktu krisis 1997/1998 tentu itu hal yang tidak terlalu mengejutkan bagi kita semua mengingat nilai nol yang berhasil dipotong oleh sanering tahun 1965, 32 tahun kemudian (1998)telah kembali lagi bertambah 3 nol dibelakangnya.Masih ingat waktu jaman kuliah saat baca buku-buku teks, seperti yang berjudul : "menggerakkan dan membangun petani" (AT Mosher) disitu ada ilustrasi (riil tahun 1971) indeks harga produk pertanian seperti 1 tongkol jagung yang harganya cuma 3-5 rupiah saja. Sekarang harga satu tongkol jagung ditingkat tengkulak Rp 3000 - Rp 5000 rupiah,atau bahkan sudah lebih.Wow,ajaib.Welcome back angka nol !

Pada akhirnya, kita harus berfikir ulang terkait rasa cinta dan sayang kita terhadap benda yang bernama uang. Karena cinta terhadap uang ternyata merupakan cinta yang salah, atau lebih tepatnya menjadi cinta terlarang.Karena uang yang beredar saat ini hanyalah timbangan nilai relatif terhadap suatu produk.Artinya yang esensial bukan uangnya tapi produknya.Bagaimana kalau penjual produk tidak mau ditukar produknya dengan uang yang kita pegang ?
Kejadian tersebut riil terjadi di Jerman tahun 1924,Zimbabwe 1998,dan sekarang Korea Utara.

Maka tidak heran jika futurolog kondang John Naisbit dalam rilis buku Megatrends menulis dengan tegas ; uang merupakan monopoli terakhir yang dimiliki oleh negara dan akan segera berakhir. Naisbit mencontohkan,petani di India yang menggunakan bawang putih sebagai medium pengganti uang sebagai salah satu indikator pudarnya monopoli negara.Naisbit memprediksikan bahwa uang negara akan berakhir digantikan dengan uang komoditas, barangkali ini menjadi indikasi sistem barter akan mereinkarnasi dalam wujudnya yang modern.

Karena itu, mumpung Rupiah masih cukup berharga untuk dapat ditukarkan dengan aneka produk yang ada disekitar kita maka alangkah berbahagianya anda yang berhasil menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai Rupiah yang kita terima dari Gaji / penghasilan usaha kita malah mengantarkan kita pada cinta terlarang.Karena "raga" dari uang kertas valas/rupiah yang kita pegang tidak setara dengan daya belinya yang terus merosot dimakan pencuri yang bernama inflasi hingga satu titik dimana uang kertas/valas menjadi kertas yang tidak lebih seharga kertas bekas (kiloan) sesuai fitrahnya.

Jadi, kalau raga-nya tidak dapat kita miliki jangan nekad menyimpannya di hati.
Seperti bait "Cinta Terlarang" duo virgin

Kau kan slalu tersimpan dihatiku
Meski ragamu tak dapat ku miliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku

Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk bersamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya ...

Senin, 30 November 2009

Viva 10 thn PERMASETA,HOW LONG CAN YOU GO ?



Posting by Luqman Setiawan

Malam ini tepat 10 tahun organisasi bernama Perhimpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (PERMASETA) Universitas Brawijaya Malang menapaki dekade pertamanya.Bak manusia,usia 10 tahun adalah usia emas dalam meraih sebanyak-banyaknya norma kehidupan demi kesempurnaan hidup di puncak usia kelak.Setidaknya ada 5 catatan penting yang dapat kita kaji dan renungkan kembali dalam meningkatkan nilai organisasi yang lebih baik lagi.
posting kali ini merupakan bagian lain dari posting saya tentang PERMASETA yang pernah di muat
di blog sosek96

Pertama,Deklarasi PERMASETA ; perwujudan sikap profesional yang skeptis,kritis,dan taat asas

Perbedaan mendasar antara organisasi PERMASETA dengan nenek moyang pendahulunya (HIMASEP) adalah kelahirannya yang ditandai dengan Deklarasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian yang menekankan akan pentingnya berdiri tegak dalam kerangka profesionalisme yang teguh menjaga jarak dengan puncak puncak kekuasaan negara. Skeptis dalam memandang setiap fenomena yang terjadi di masyarakat seraya konsisten menempatkan sikap kritis,dengan berlandaskan ketaatan terhadap asas dan norma yang berlaku di masyarakat.

Kedua,Komitment PERMASETA terhadap anggota sebagai asset yang utuh dan memberi manfaat secara menyeluruh.

Pendirian organisasi PERMASETA dilandasi pada komitment yang utuh bahwa sepanjang organisasi berdiri akan terus melibatkan sepenuh dan segenap aspek sumberdaya manusia yang tergabung dalam organisasi.Dalam kerangka itulah dibangun satu platform yang utuh sistem kaderisasi yang memungkinkan proses transfer nilai dan penguatan keilmuan anggota menjadi kekuatan praktis yang kredibel sebagai kekuatan yang inheren dalam terjun ke masyarakat.

Ketiga,Eksistensi PERMASETA adalah solusi kesetaraan,kebersamaan,penghargaan terhadap sesama

Kelahiran PERMASETA merupakan titik balik dari berakhirnya era hegemoni dan anti kesetaraan yang mengecilkan peran mayoritas mahasiswa sebagai intelektual yang berdiri didalam kerangka kesetaraan,kebersamaan,dan penghargaan terhadap sesama.
setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sepadan tanpa dibedakan oleh latar belakang institusionalisasi tertentu.

Keempat,Realisasi tujuan organisasi PERMASETA adalah aktualisasi yang aktif,dinamis, dan progresif


Berdirinya PERMASETA didasarkan atas pemahaman bahwa tujuan organisasi yang ditetapkan merupakan sesuatu yang aktif,dinamis dan progresif.karena itu merealisasikan program organisasi sebagai sebuah seremoni dan rutinitas bukan saja melecehkan semangat pendirian organisasi tetapi juga mengkerdilkan kekuatan dan potensi riil organisasi.

Kelima,Dimensi Praktis PERMASETA inheren dalam kerangka amal ilmiah,ilmu amaliah

Semangat pendirian PERMASETA dikukuhkan dalam koridor aktualisasi amal ilmiah,ilmu amaliah yang mengandung arti bahwa organisasi adalah medium anggota dalam menerapkan teks keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah menjadi serangkaian praktik nyata dan memberikan manfaat nyata dalam kehidupan masyarakat.

Kesimpulan

Program kerja,dan tata kepengelolaan organisasi PERMASETA yang bertentangan dengan kelima semangat pendirian organisasi bukan saja mengingkari komitment pendirian organisasi, melainkan juga mematikan sistem tata kelola organisasi itu sendiri.


Bergerak lebih maju,dan lebih baik
Viva 10 Tahun PERMASETA, HOW LONG CAN YOU GO ???

Minggu, 29 November 2009

GERAKAN MASSA FB MANIA

GERAKAN MASSA FB MANIA

Ada kejadian yang tidak lazim dalam gerakan massa yg terjadi akhir2 ini. Yaitu gerakan popular massa virtual yang mengangkat issue yg berkaitan social kemasyarakatan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sebenarnya belum teruji efektivitasnya di Indonesia. Yaitu pengorganisasian massa melalui Face Book yang mengangkat issue ketidakberesan kasus penyidikan Bibit-Chandra. Ternyata hal ini membuat keder juga pemerintah SBY, walaupun sebenarnya yg membuat keder SBY adalah pemutaran rekaman di MK yg secara gamblang mengungkapkan ketidak beresan dalam system hokum dan peradilan di Indonesia. Hal diatas seakan menjadikan tesis bahwa pengorganisasian via FB seakan efektif untuk menjadi gerakan yang massif dan mungkin bisa bersifat radikal.

Fenomena berikutnya adalah mulai banyak issue yg diangkat oleh para FB mania untuk mendapatkan dukungan dan kontra dukungan terhadap suatu kasus. Pengorganisasian via Face Book cukup unik walaupun disitu tidak ada proses pengkaderan dan ideologisasi yg terstruktur dan tersistematika dengan baik. Sehingga gerakan via FB pun langsung mati suri ketika kasus Bibit dan Chandra selesai. Pengorganisasian dengan cara popular menurut saya bisa taktis untuk mencapai tujuan jangka pendek. Karena menciptakan sentimen irasionalitas dalam benak masyarakat yg secara sosiologis masyarakat kita mudah terbakar dan mudah padam.

Sebenarnya hal ini mudah terlihat ketika gerakan via FB yg jumlahnya sudah tembus 1 jt mau mengadakan aksi besar2an di bunderan HI. Ternyata yang hadir hanya berjumlah ratusan. Gerakan ini cukup cerdik dengan memanfaatkan teknologi IT dan Media Massa yang meliput aksi ini. Sehingga isue yang diangkat bisa didengar dan ditangkap oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia walaupun saya yakin yang menonton aksi itu di tv tdk sampai 1 jt orang. Berbeda dengan rekaman yang didengarkan oleh MK yang saya yakin didengar oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai orang yang memahami cara pengorganisasian, saya merasakan ada suatu lompatan kuantum dalam hal menggerakkan massa di Indonesia, walaupun sebenarnya cara ini sudah dipakai oleh Obama dalam memenangkan Pilpres USA. Lompatan dari gerakan massa riil ke gerakan massa virtual. Ternyata militansi saja tidak cukup tapi harus cerdik dalam menggunakan media untuk tercapainya tujuan taktis. Untuk tujuan strategis saya tidak yakin dengan media ini.

Dan saya ucapkan selamat datang gerakan massa virtual di negeri ini..

SAI 96

Sabtu, 28 November 2009

Industri Kreatif, APA KABARMU ????

Posting by Luqman Setiawan

Barangkali kalo ada kompetisi ironi sejarah bangsa-bangsa modern, Indonesia akan masuk didalam deret nomor wahid. Bagaimana tidak, negeri yang kaya akan sumberdaya alam di darat dan laut baik yang nampak maupun yang terkandung dalam perut bumi nyata kurang termanfaatkan bagi kemaslahatan manusia yang berdiam didalamnya.

Pada pertengahan era 80-an, negeri ini cukup manis untuk mampu swasembada beras. Berbanding terbalik dengan tahun-tahun belakangan ini yang ketersediaan stock-nya harus "diganjal" oleh supply import.

Gandum yang sepanjang sejarah peradaban sosial masyarakat tidak dikenal sebagai bahan pokok harus di import demi memenuhi hajat hidup perubahan perilaku masyarakat yang mengandalkan mie instan untuk menopang ketersediaan konsumsi rumah tangga.

Aneka ragam sumberdaya tambang, yang mestinya lebih daripada cukup untuk dinikmati oleh seluruh rakyat negeri ini malah jauh dari maslahat yang diharapkan.

Minyak bumi ? yang pada era 70 an kita surplus dan banyak menopang pembangunan negara,nyatanya kini menjadi minus..dan merubah status kita dari eksportir minyak menjadi importir..

Aneh memang, sekedar ilustrasi, Indonesia secara matematis masuk top 10 eksportir emas dunia, faktanya dalam top 30 saja negeri ini tidak tercatat dalam daftar eksportir. Lebih aneh lagi, Singapura yang jelas tidak punya tambang emas malah tercatat masuk dalam top 10 besar eksportir emas dunia.

Tidak bermaksud untuk bicara data dan statistik, hanya ingin sekedar bertanya saja sebenarnya ada apa dengan kita semua ?

Terlihat di sini salah satu problem paling mendasar dari kita semua adalah miskinnya kreatifitas dan kesadaran untuk maju. Untuk lebih baik lagi.

Negara tandus seperti korea, negara ancur dan miskin sumberdaya (pasca kalah perang) jepang, negara darurat militer taiwan (sepanjang waktu dalam tekanan RRC),yang nyata mereka secara material jauh dibawah kita. Faktanya secara tingkat ekonomi jauh melampaui kita : kemana-mana. Karena mereka sadar tidak ada yang bisa mereka andalkan selain berjuang memecah dan memeras otak menciptakan produk kreatif yang bisa di eksport agar mereka bisa hidup layak sebagai sebuah bangsa.

Belajar dari bangsa-bangsa lain,kreatifitas bangsa ini memang menjadi satu tantangan tersendiri.
Ini PR bukan saja buat negara, tapi buat kita semua.

Kenapa kaum terpelajarnya lebih nyaman pilih jadi pamong praja atau masuk idustri kerja daripada jadi raja diatas kakinya sendiri ?
Lebih enjoy punya job title, ketimpang name title dengan brand nama sendiri ?
Lebih suka lari dari realitas dengan rutinitas ketimbang belajar berbuat ?

Karena kreatifitas bukan (atau belum ?) menjadi bagian dari budaya kita.
Industri kreatif yang ber basis rumahan meski dewasa ini sedang galak2nya di sosialisasikan oleh kementerian tertentu, jauh panggang dari api.
Tanpa ada kemauan mendorong industri kreatif di negeri ini,maka jangan harap bangsa ini mampu bertahan sebagaimana layaknya suatu bangsa.

Industri kreatif, APA KABARMU ?

*Note :
Salute buat mas Rachman dan mbak Uun yang sudah merintis industri kreatif rumahmanikku

Kamis, 26 November 2009

Nick Vujicic, Sang Motivator dan Inspirator

Ketika saya dan suami mengikuti acara CPW (Core Person Weekend) di Wonosalam, Jombang pada awal bulan November lalu. Salah satu pembicara yaitu, Ibu Yunita menyampaikan materi tentang sikap. Disela-sela penyampaian materi tersebut, beliau menayangkan video dengan durasi pendek.

Video tersebut menampilkan Nick Vujicic, seorang pria berusia 26 tahun yang menjalankan hidupnya dengan sempurna.

Awal dari video tersebut, hanya terlihat raut wajah Nick Vujicic yang bersemangat sambil memperkenalkan diri dihadapan kamera.

Semula, saya pribadi begitu terpesona melihat wajahnya yang menarik dan tersenyum. Namun, ketika sorot kamera mengarahkan ke seluruh tubuhnya, saya sempat terenyuh melihatnya.

Nick Vujicic, seorang pria yang menginspirasi banyak orang di dunia ini untuk selalu bersikap positif dan terus berani menghadapi kehidupan ini, ternyata tidak memiliki kesempurnaan pada fisik tubuhnya yaitu tidak mempunyai tangan dan kaki sejak lahir.

Sejenak saya tertegun. Nick Vujicic memang orang yang sangat luar biasa. Dalam ketidaksempurnaan fisik yang ia miliki, tapi ia mampu memberi inspirasi dan semangat kepada orang lain yang memiliki fisik lebih sempurna dari nya.

Dalam video tersebut di perlihatkan kehidupan sehari-hari yang dijalani Nick Vujicic.Mulai dia bangun tidur,melakukan aktifitas di kamar mandi,mengenakan pakaian,sampai mengisi kegiatan hari itu. Ia lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Padahal ia tidak memiliki tangan ataupun kaki seperti orang lain. Namun wajahnya tetap bersemangat.

Di session lain, di tunjukkan beberapa album foto Nick dari bayi sampai dewasa, yang semuanya menggambarkan bahwa Nick benar-benar menghargai kehidupan ini dengan penuh semangat dan antusias.

Namun ada pula session selanjutnya di video tersebut, terlihat Nick pun mengungkapkan bahwa ia pun pernah merasakan saat down,namun hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk terus bangkit dan maju.

Tapi yang paling menyentuh adalah session video pada saat Nick dengan segala kesederhanaan yang ia miliki memberikan motivasi kepada para siswa sekolahan yang hadir untuk bertemu dengannya. Nick dengan penuh kesungguhan memberikan motivasi yang sangat membekas dihati para siswa tersebut.

Nick,mungkin hanya pria biasa dengan kekurangan fisik. Namun dengan keadaannya tersebut, tidak membuat dia minder ataupun putus asa menghadapi dunia ini. Bahkan Nick mampu menunjukkan kepada dunia siapa dirinya sekaligus menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi kehidupan. Dunia ini begitu indah untuk diisi hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Sobat,belajar kisah Nick Vujicic ini,permasalahan SIKAPdan PIKIRAN adalah hal yang paling inti dan penting dalam hal ini. SIKAP dan PIKIRAN seorang Nick memang sangat luar biasa. Dari semua keterbatasan fisik yang ia miliki, ia mampu bersikap dan berfikir positif menghadapinya, dan bahkan ia mampu merubahnya sebagai sumber kekuatan dalam hidupnya.
Pertanyaan saya sangatlah sederhana pada diri saya sendiri dan para sobat? Apakah selama ini kita dapat mampu ber SIKAP dan BERFIKIR Positif dalam menghadapi semua hal yang terjadi dalam hidup kita? Bahkan bila hal yang terjadi tersebut benar-benar merontokkan semangat kita dan membuat kita terpuruk serta merasa bahwa tidak ada jalan untuk menghadapi itu semua selain menyerahkan nasib.

Melihat sosok Nick dengan penuh aura positif yang dimilikinya, membuat kita harus intropeksi diri kembali. Tanpa kita sadari, begitu banyak anugrah yang diberikan Tuhan kepada kita. Termasuk kesempurnaan fisik yang tidak dimiliki oleh Nick. Tapi mengapa perasaan bersyukur dan sikap positif Nick malah lebih bermakna dari pada kita? Terlebih ia bisa begitu banyak menginspirasi dan membangkitkan semangat orang lain.

Well sobat. Semua memang tergantung dari SIKAP dan PIKIRAN kita masing-masing. Bila kita selalu belajar bersikap dan berfikir positif, maka hal-hal positif pula lah yang akhirnya dapat kita tarik. Sedikit mengambil intisari dari buku The Secret tentang law of atraction atau hukum tarik menarik. Saya jadi ingat satu pesan orangtua terdahulu agar kita selalu bersikap dan berfikir positif. Ya..,karena dengan begitu kita akan menarik hal-hal positif kepada diri kita.

Karena itulah sobat.., tariklah hal-hal yang positif disekitar kita. Buang jauh-jauh hal-hal negatif ke laut aje :)

Nick mengajarkan banyak hal pada saya pribadi dan semua orang tentunya. Tidak hanya ttg sikap dan berfikiran positif saja. Tetapi tentang arti semangat dan perjuangan hidup yang ia di wujudkan melalui kehidupan yang ia jalani dengan penuh rasa syukur dan menginspirasi banyak orang untuk berubah lebih positif dan baik.... :)

Thanks to Nick Vujicic
And thanks to Bu Yunita atas materinya di CPW sehingga muncul video ttg Nick Vujicic ini...

Wonosalam - Bontang
November 2009

Senin, 23 November 2009

Catatan dari Parenting Skill, "Mendidik anak Cerdas dan Berkarakter", 22 November 2009

oleh : Tri Wahyuni

Mungkin suara kita keprek-keprek ditelinga anak-anak kita,tetapi yakinlah bahwa suara kita merdu di hati mereka…

(By : Bapak Miftahul Jinan- Parenting Skill, Bontang 22 November 2009)

Kata-kata mutiara yang menarik tersebut saya dapatkan ketika mengikuti parenting skill. Tema “Mendidik Anak Cerdas dan Berkarakter” oleh Bapak Ust. Miftahul Jinan,M.Pdl.

Parenting skill yang dilaksanakan di mesjid Baiturahman Bontang ini merupakan salah satu program POMG KB dan TK IT Baiturahman yang saya sadar begitu banyak manfaatnya setelah saya ikuti

Mungkin selama ini kita merasa benar dalam mendidik anak. Namun,hasil yang kita harapkan kepada anak ternyata tidak sesuai. Bahkan kenyataannya, kita sering merasa kerepotan bila menghadapinya. Terlebih bila anak kita beranjak remaja. Yang terjadi malah sebaliknya, ketidak adaan rasa selaras dan seimbang antara apa yang menjadi keinginan anak ataupun orangtua. Sehingga terkadang terjadi pertengkaran antara orangtua dan anak yang seharusnya bisa kita hindari.

Ada beberapa hal yang bisa saya sheringkan dari hasil parenting skill yang saya ikuti.

Menurut pembicara, Bapak Ust. Miftahul Jinan,M.Pdl.ada beberapa hal yang harus kita ketahui tentang anak.

1. Bermain= Belajar
Bagi anak, proses bermain adalah sama dengan proses belajar. Jadi,lkebutuhan akan bermain bagi anak adalah hal normal. Semakin sering anak bermain, berarti anak tersebut aktif. Karena akan banyak manfaat dari bermain sendiri bagi anak baik dari segi permainan fisik,mental maupun permainan umum. Permainan fisik misalnya bermanfaat untuk keseimbangan ataupun koordinasi anak.
Namun tetap dalam proses bermain,kita sebagai orang tua harus bisa memberikan jadwal bermain untuk anak agar dia bisa melakukan kegiatan lainnya.

2. Meniru
Anak adalah peniru yang ulung. Meniru adalah proses kreatifitas.maka biarkan mereka meniru. Hanya tetap kita sebagai orang tua mengarahkannya. Meniru hal yang positif dari idolannya.

Bahkan ust.Miftahul menyarankan kepada orang tua, bila ada kekuatiran anak akan meniru orang lain, seperti menyanyikan lagu yang dinyanyikan idolanya. Maka jadilah kita idola anak kita sendiri, dengan mencoba menyanyikan lagu yang bernilai positif di hadapannya. Sehingga muncul kata-kata mutiara beliau :
“Mungkin suara kita keprek2 ditelinga anak2 kita,tetapi yakinlah bahwa suara kita merdu di hati mereka… ”

3. Rasa Ingin Tahu
Anak normal pasti memiliki rasa ingin tahu. Mereka akan mengeluarkan banyak energi melalui banyaknya pertanyaan. Dan orang tua pun harus punya jawaban akan pertanyaan tersebut karena akan mengasah kecerdasan si anak melalui dialog tanya jawab tersebut.intinya orangtua harus terus belajar ya… :)

4.Konsentrasi
Sering kali kita menyalahkan anak karena sulitnya konsentrasi ketika belajar atau mengerjakan sesuatu. Padahal kapasitas anak dalam mengerjakan sesuatu berbeda-beda. Ada cara yang paling efektif untuk mengetahui konsentrasi anak.yaitu dilihat bagaimana ketika dia sedang bermain.

5. Aturan
Dalam menjalankan aturan kita harus bersikap tegas dan konsisten. Walaupun ini tidak mudah. Adanya reward dan hukuman adalah bagian dari aturan tersebut. Namun perlu diperhatikan, pemberian reward kepada anak sebaiknya dihindari dalam bentuk hadiah.tetapi berikan pujian. Seandainya diberikan hadiah,tetap diberikan syarat agar tidak terkesan sebagai sogokan. Sebaliknya untuk hukuman, berikan secara tegas kepada anak. Namun tidak dilakukan dengan emosi, tapi nada suara yang di rendahkan. Hukuman yang paling baik adalah dengan mengurangi kenyamanan anak.

Disamping itu adalah hal menarik yang disampaikan ust Miftahul Jinan, bahwa ada dua hal yang membentuk faktor sukses anak yaitu kompetensi (15 %) dan Moral (85%).

Moral mendapatkan persentase tinggi dalam membentuk faktor sukses anak. Dimana ada beberapa tahapan moral pada anak :
A. Attachement (usia 0-2 th)
B.Percaya diri (usia 2-4 th)
C.Otoritas (usia 4-8 th)
D. Teman sebaya (8-14 thn)
E. .Moralitas sosial (14-20 thn)
F. Moralitas Objektif (20 – ..)

Sedangkan aspek-aspek pendidikan moral sendiri dibagi 3 yaitu moral knowling,moral felling dan moral action.

Untuk lebih jelas mengenai moral bisa lihat di buku karangan ust. Miftahul Jinan yang berjudul : Aku Wariskan Moral bagi Anakku”. Buku ini cocok sekali buat para pembaca yang punya anak dan ingin anaknya cerdas dan berkarakter. Sukses ya para orang tua… :)

Bontang,22 November 2009


Notes :
tulisan ini dapat pula dilihat di www.yunirahmat.blogspot.com
dan www.studiokata.web.id

Minggu, 20 September 2009

Maaf Lahir Batin Ya...

Kami sekeluarga mengucapkan :

Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1430 H.

Tri wahyuni sekeluarga
Bontang Kaltim

Jumat, 18 September 2009

Satu hati...semestinya....

Beberapa dari kita sering mengalami kejadian unik di sekitar kita. Sebagai contoh kecil, pada suatu ketika tangan kita begitu ringan mengangkat telepon dari seseorang diseberang sana, bahkan kadang begitu ringan mengulurkan tangan memberikan bantuan kepada seseorang. Cobalah juga kita tengok, ada banyak warung makan yang dalam penyajiannya tidak begitu istimewa tetapi pengunjung begitu ramai. Ada juga sebuah bengkel di kota kelahiran saya yang saya kira biasa saja, tapi banyak orang rela motornya menginap hanya untuk mencicipi reparasi dari sang empu bengkel.

Tetapi sebaliknya, jangankan mengangkat telepon melihat panggilan dari seseorang saja dianggap sebagai masalah. Beberapa penjual sudah sedemikian menerapkan service excellence tetapi tetep saja sepi pembeli.

““klik”” begitu kira-kira kesimpulan sederhana atas fenomena diatas. Maka yang namanya ““klik”” adalah persoalan rasa. Atas dasar “klik” tersebut tangan kita begitu ringan membantu tanpa banyak berhitung, kita menerima tamu atau telepon seberapa malampun, orang tak lagi mempermasalahkan soal service. Atas dasar “klik” pula maka perbedaan yang besar menjadi kecil bahkan terabaikan. Waktu menjadi lebih simple daripada hanya untuk membuang argumen dan akhirnya tak ada hasil.

Ada banyak kebahagian, kesuksesan atas dasar “klik”. Iya, dan “klik” adalah persoalan rasa. Maka dalam organisasi besar maupun dalam perkara rumah tangga, hubungan bos dan bawahan, rekan kerja, suami istri, ortu dan anak bahkan persoalan hubungan dengan Tuhan membutuhkan “klik” sehingga hubungan tersebut menjadi positif dan mutual.

Tak ada teori yang muluk-muluk yang saya sampaikan disini, hanya saja jika setelah sekian lama rekan-rekan direkatkan oleh tali persaudaraan atas nama anggota Sosek Faperta Unibraw maka banyak diantara kita yang sering menggugat kembali arti persaudaraan ini. Ini berarti bicara nilai. Seberapa nilai persaudaraan ini sehingga menghasilkan sebuah karya. Contoh sederhana ada beberapa gerakan sosial bahkan organisasi sosial yang didirikan oleh sebuah ikatan emosional sederhana, kumpulan alumni sekolah dasar yang sama, universitas yang sama, satu alumni tempat nongkrong. Bahkan beberapa perusahaan bisnis tergerak atas dasar ini.

Dan nilai adalah kumpulan dari rasa, maka sebelum kita merumuskan nilai maka pertanyaan besar dalam diri kita adalah adakah rasa itu, jika ada, masihkah? Dan jika tak ada bagaimana membangkitkannya,..karena rasa menimbulkan “klik” yang mampu meringankan langkah kita. Tak ada harapan yang muluk-muluk atas ikatan ini,..cukuplah rasa itu masih ada, dan sehingga tatkala ada sebuah panggilan untuk sesuatu yang besar atau kecil dari sesama kita, begitu ringan kita mengulurkan tangan….Kita…semestinya…satu hati…

Salam Addy “Boy” Saputra

Rabu, 16 September 2009

Menabur Harap dari Rencana Temu Alumni PERMASETA UNIBRAW 2009

by Luqman Setiawan

"Beberapa waktu yang lalu tersiar kabar bahwa Perhimpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya (PERMASETA Unibraw) berencana mempertemukan Alumninya dalam moment HUT Organisasi tersebut pada 30 November mendatang.Kalo benar rencana itu akan dilaksanakan, berarti ini merupakan kesempatan yang kesekian kalinya setelah beberapa kali rencana serupa berjalan sekedar dalam mode seremonial semata".

Adakah ini harapan baru untuk PERMASETA baru yang lebih baik dalam mendorong kualitas mahasiswa jurusan Sosek Faperta Unibraw ?

Menginjak usianya yang menjelang 10 tahun,tantangan dan harapan besar terhadap organisasi ini mengundang konsekuensi logis akan perlunya dilakukan introspeksi dan evakuasi (penyelamatan) ulang terhadap sistem tata kelola organisasi.Hal tersebut menjadi mendesak, mengingat berbagai issue dan angin perubahan yang terjadi belakangan ini di lingkungan kampus Faperta Unibraw mereduksi organisasi mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian ini untuk kian kerdil terbelenggu oleh problematika internalnya semata. Peristiwa seperti, penyederhanaan program studi,misalnya. Lebih banyak dilihat oleh para aktifis organisasi sebagai problem dan bukannya dilihat sebagai solusi untuk mengembangkan sistem organisasi yang lebih ringkas,efisien,efektif,dan seirama dengan dinamika akademis.Contoh lain,adanya "travel warning" dari pihak kemahasiswaan yang membatasi space kemahasiswaan di luar kampus ; menjadi lain hal yang dianggap para aktifis sebagai bentuk baru "pengekangan" terhadap kreatifitas mereka.
Dampak dari rentetan peristiwa di atas beserta penafsiran yang dilakukan aktifis dalam praktiknya saat ini cenderung mendorong dinamika organisasi meluruh ke titik nadir. Pasif dan resisten terhadap perubahan.Ujung-ujungnya, jika terus dibiarkan, maka jangan salahkan jika alumni almamater kita di masa yang akan datang bakal kian defisit akan karakter kemandirian dan keberdayaan.Itu artinya,sejarah kelam kita akan terus terulang ; kampus biru pencetak calon tenaga kerja baru yang masuk ke dalam kamp konsentrasi pasar tenaga kerja yang kian sempit dan penuh persaingan tajam.

Oleh karena itu,rencana mempertemukan alumni yang difasilitasi oleh pengurus PERMASETA di bawah kepemimpinan Sulthon Saladin patut untuk di apresiasi dan di dukung.Ini merupakan sinyal kuat adanya itikad baik pengurus untuk merekonstruksi organisasi.Namun tentunya, momentum pertemuan alumni,sejak dini haruslah dirancang secara optimal agar nantinya pertemuan tersebut benar-benar menghasilkan sesuatu yang kongkrit dan menjadi bagian dari solusi atas problematika yang menggelayuti organisasi.

Sekali lagi, jika Pengurus sungguh-sungguh merealisasikan rencananya mengumpulkan segenap potensi Alumni dalam momentum HUT organisasi.Barangkali kita bisa menabur harap akan terlahir kesepakatan (agreement) kongkrit dalam kerangka perbaikan lingkungan organisasi dan almamater kita tercinta : PERMASETA,Jurusan Sosek,Faperta Unibraw.

Wallahu 'alam

Senin, 14 September 2009

Masih Perlukah Ada Fakultas Pertanian ????

By Luqman Setiawan

Sejatinya, pendidikan memiliki tujuan.Fakultas Kedokteran, misalnya.Memfasilitasi peserta didik untuk menjadi profesional di bidang kedokteran. Secara profesi,menjadi dokter yang melayani dan menjaga kualitas kesehatan masyarakat.Fakultas Ekonomi,setali tiga uang.Peserta didik yang berkecimpung didalamnya akan digembleng dengan olah ilmu ekonomi. Kelak Sarjana Ekonomi menjadi pioner dan pilar perekonomian masyarakat.ISEI,misalnya.Sebagai organisasi yang menjadi payung para Sarjana Ekonomi dikenal secara nasional dan memiliki pengaruh cukup besar dalam konstelasi kebijakan hingga level negara.
Fakultas Sains (FMIPA) yang outputnya diarahkan menjadi pelopor riset dan teknologi.Menjadi mendorong kejayaan pengembangan ilmu terapan yang berguna bagi masyarakat.Demikian seterusnya,hingga tibalah tertuju kita pada:Fakultas Pertanian.

Konon,fakultas pertanian sudah sangat dikenal jauh sebelum era reformasi. Sebagai gudangnya Fakultas yang miring-miring dikit dengan khittah nama yang menjadi tujuannya.Kian waktu,dengan semakin miskinnya arahan yang berwenang (baca : pemerintah) terhadap visi pendidikan di bidang kesarjanaan pertanian maka miringnya kian jauh,kalau tidak dibilang makin berjarak dengan tujuan utama pendidikan Pertanian itu sendiri.

Logikanya, Alumni Fakultas Pertanian, ya jadi profesional di bidang pertanian.Namun dalam prakteknya,tingkat diaspora (perpencarannya)nya sungguh luar biasa.Sarjana Pertanian mengisi pundi-pundi terbesar dalam konstruksi ketenagakerjaan kita mulai sektor perbankan,industri,jasa,pendidikan,dan ...ouh kabar buruknya,Sarjana kita yang konsisten berkubang dalam primer sektor pertanian bukanlah mayoritas dari komposisi totalnya.
Perlu riset lebih mendalam soal data tepatnya komposisi antara Sarjana Pertanian yang eksis di primer pertanian dengan yang terdiaspora dalam kotak non pertanian macam perbankan dan lain sebagainya.
Namun dengan kian terpuruknya daya kompetisi rakyat di pasar global dimana kita nyaris compang-camping kedodoran.Menerima hujan produk murah meriah membanjiri market domestik kita.Sadarkah kita,bahwa pertanian lah salah satu benteng terakhir yang menjaga stabilitas kesejahteraan masyarakat kita ?

Atau jangan-jangan, Fakultas Pertanian memang sudah tidak lagi diperlukan ?
Pertama, karena ada anggapan, buat apa sekolah tinggi kalau ujung2nya cuma balik kerja jadi petani yang berkotor-kotor dengan tanah ?
Atau anggapan Kedua,..gak ada lowongan bidang pertanian yang capable buat saya ?
Atau lebih parah lagi,yang ketiga,..bisa diterima kerja aja dah syukur ? Oups.

Ini ironi buat kita semua wahai Sarjana Pertanian khususnya.. Sosektaers Unibraw.
Jangan sampai terus terulang..
"ada tikus mati di lumbung padi"...
Sarjana Pertanian menganggur di tengah negeri agraris nan gemah ripah loh jinawi...

Sekali lagi pertanyaannya :
"Masih Perlukah Ada Fakultas Pertanian ????

Kamis, 10 September 2009

BLOG SOSEKTAERS BERDUKA

SEGENAP KELUARGA BESAR BLOG SOSEKTAERS UNIBRAW
MENYAMPAIKAN BELASUNGKAWA YANG SEDALAM-DALAMNYA ATAS
WAFATNYA AYAHANDA TERCINTA DARI
BANG RACHMAN ADI SAPUTRA (OWNERS BLOG SOSEKTAERS,ALUMNI-SOSEKTAERS ANGKATAN 96)
PADA HARI RABU, 09 SEPTEMBER 2009
DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR.
SEMOGA ALMARHUM DI TERIMA DI SISI ALLAH SWT
DAN BANG RACHMAN BESERTA KELUARGA BESAR YANG DITINGGALKAN DIBERIKAN KEKUATAN IMAN DAN TAKWA

AMIEN.
SALAM HORMAT
ADMIN
BLOG SOSEKTAERS UNIBRAW
LUQMAN SETIAWAN & FRIENDS

Minggu, 23 Agustus 2009

Met Puasa Ya....

Sobat,
Saya sekeluarga mengucapkan
Marhaban Ya Ramadhan
Mohon maaf lahir dan batin ya
Dan met puasa ya....

Tri Wahyuni '98

Selasa, 30 Juni 2009

Berfikir dan Bertindak secara positif tanpa emosi

Oleh : tri wahyuni'98

sobat,
Pernahkah anda di hadapkan dalam sebuah posisi sulit?Dimana anda dihadapkan dengan masalah yang sangat kecil sekali menyelesaikannya?
Saya yakin pasti kita semua pernah menghadapinya. namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita menghadapi permasalan tersebut.
Ada dua jawaban dalam hal ini. Pertama, anda memilih untuk meninggalkan masalah tersebut karena mungkin saja anda merasa ragu atau merasa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.. Kedua, anda memilih untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
Yang menjadi bahasan saya kali ini adalah tindakan yang kedua, yaitu bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Sobat, kita terlahir sebagai pemenang.mengapa saya katakan spt ini.karena kelahiran kita dari rahim ibu kita bermula dari kompetisi dasyat dari beribu ribu sel sperma, hingga tinggal satu saja sperma yang unggul dan berkualitas untuk membuahi sel telur, dan lahirnya kita. Berarti dr lahir kita suudah memiliki mental pemenang.benar?

Menyelesaikan masalah ternyata tidak juga sulit dan tidak juga mudah. Semua itu tergantung dari kita melihat persoalan itu sendiri.bila kita melihat pesoalan tersebut sulit dan banyak tenaga untuk menghasilkannya,maka akan demikian pula juga yang akan kita hadapi,

Tapi,bila kita melihat dari kaca mata lain, yaitu bila persoalan itu mudah diselesaikan walaupun sangat rumit,, maka hal itu pula yang kita hadapi.

Sobat,, yang lebih penting dari itu pula yaitu bagaimana kita berfikir,bersikap secara positif dan tanpa emosi menyelesaikan masalah itu. Rasa positif sangat diperlukan dalam hal ini.kita perlu memberikan rasa positif pada diri kita, sehingga kita dapat memandang persoalan itu sebagai hal positif bukan sebagai hambatan.semakin positif kita,maka semakin mudah pula kita menghadapinya.

Yang terakhir adalah tanpa emosi atau tenang.ini juga salah satu kunci penting. Dengan menyelesaikan masalah tanpa emosi dan tenang, maka semua persoalan akan semakin mudah diselesaikan,kita tidak akan bertindak dengan kepala panas menghadapi masalah.karena emosi bisa membuat semua semakin kacau dan rumit. Jadi tidak emosi alias tenang menjadi kunci. Anda setuju dengan saya?

Tri wahyuni'98
Note : tulisan ini ditulis disela waktu istirahat ngikutin traning sama suami di banjarmasin. Dan tulisan ini terinspirasi dari salah satu pengalaman yang saya hadapi saat bersamaan dgn masa traning
Ya

Kamis, 18 Juni 2009

Menjadi Besar

Pada tulisan saya terdahulu tentang The Flying Geese sebuah teori yang dikemukakan Saburo Okita (Jepang) yang menggambarkan formasi kepemimpinan ekonomi dan teknologi di kawasan Asia dimana Jepang dan Cina berada dalan barisan depan , sementara Indonesia berada pada bagian ekor, kembali mengingatkan saya akan relevansi teori itu dalam kondisi global dan regional akhir-akhir ini. Kasus mahasiswa Indonesia David Hartanto di Singapura, Manohara, Siti Hajar dan ratusan kasus penaniayaan TKW hingga kasus Amabalat yang kembali memanas seolah menjadi penanda bahwa tak ada yag perlu ditakuti dengan negara dengan nama Indonesia. Seolah siapa saja maupun negara mana saja berhak atas perlakuan yang tidak layak terhadap Indonesia lengkap dengan penduduknya.

Sudah sejak lama sekali rasanya bangsa ini tak bicara banyak dalam konteks hubungan bangsa-bangsa di dunia. Kawan tentu ingat bahwa torehan emas bangsa ini di level internasional belum kering, tentang bagaimana bangsa ini ikut menjadi pemrakasa Konferensi Asia Afrika, kemudian menjadi motor Gerakan Non Blok, aktif dalam OPEC dan masih banyak lagi peran kita dalam upaya perdamaian dunia. Pada level ini bukanlah hanya semata unjuk gigi, sekedar gagah-gagahan sementara secara internal bangsa ini rapuh tetapi lebih dari sekedar itu, sebagai sebuah bangsa yang berdaulat pengakuan dan penghargaan sebagai sebuah bangsa layak kita terima. Sehingga dalam upaya pelaksanaan peran aktif kita dalam level global maupun dalam konteks hubungan perekonomian dunia menjadikan kita sebagai bangsa yang sejajar dengan bangsa lain. Bukan sebagai negara inferior yang boleh saja diperas sumber daya alam dan manusianya karena kita tak layak sejajar dengan bangsa lain. Maka sama saja ini merupakan penjajahan era baru.

Segelintir orang berpendapat bahwa kondisi kekinian internal bangsa ini jauh lebih penting dari segala hal yang berkaitan dengan dunia luar. Picik sekali bagi saya mereka ini, mereka seolah mencoba melenakan dengan mengingatkan betapa menyedihkannya bangsa ini, angka kemiskinan tinggi, masyarakat hidup serba sulit, cukup sudahlah bangsa ini menderita, jadi buat apa berfikir tentang poisisi kita di kawasan regional dan global. Tak perlulah kita berpusing-pusing dengan segala persoalan bangsa lain. Sebuah pertanyaan sederhana coba kita kemukakan kepada mereka, bagaimana mengharapkan respek bangsa lain sementara kita cuek dengan bangsa lain.

Saya bukan ahli hubungan internasional, tetapi dalam konteks kekinian yang semakin mengglobal maka mengatur dan menempatkan bangsa ini dalam formasi regional maupun global amat sangat penting. Karena sumber daya bangsa ini baik berupa alam maupun manusia telah menyebar ke seluruh bangsa-bangsa di dunia. Bagaimana bisa kita membangun internal bangsa ini sementara gangguan dari luar senantiasa mengintai bangsa ini. Dan paling penting adalah bagaimana mengamankan dan melindungi sumber daya alam dan manusia kita di dalam maupun di luar negeri. Setiap jengkal kedaulatan tanah, air dan segala yang terkandung di dalamnya bisa saja tergerus oleh bangsa asing, setiap darah dan air mata tertumpahkan oleh pahlawan-pahlawan devisa kita di negeri seberang, bagaimana bisa dikatakan sebagai sebuah negara yang besar dan berdaulat sementara tanah, air, darah terenggut dan air mata ibu pertiwi senantiasa tertumpah, hanya karena tak ada yang memiliki respek terhadap kita.

Bangsa ini memilki modal sosial yang sangat besar, jauh bahkan lebih besar dari negara-negara Eropa Barat yang saat ini berada dalam puncak kemakmuran ekonomi. Coba tengok saja kekayaan alam berlimpah, sumber daya manusia luar biasa, belum lagi sistem sosial yang amat dahsyat, gotong royong, kekeluargaan, nilai spiritualitas yang tinggi berpadu dengan budaya khas yang unik. Bangsa ini memiliki potensi menjadi bangsa besar yang sejahtera dan berkemakmuran. Tak ada alasan sebenarnya bangsa ini tumbuh kerdil, kelaparan dalam lumbung padi di bawahnya, merasa silau dengan gemerlap bangsa lain sementara kita berdiri di atas gunung emas.

Sebagai layaknya sebuah bantera maka bangsa ini membutuhkan seorang nahkoda dengan jiwa kepemimpinan yang kuat. Tahu kemana bangsa ini akan mengarungi samudera, menjadi sebuah negara berwibawa dan membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Kita memimpikan para pemimpin kita seperti para generasi pertama bangsa ini, yang dalam hati dan tindakannya senantiasa untuk melayani bangsa ini. Saya tahu pasti banyak orang mencibir nilai sebuah idealism di tengah budaya hedonism dan populis. Idealisme menjadi tontonan yang aneh. Tapi yang lebih menyedihkan adalah kita menuntut para pemimpin kita untuk berlaku ideal, bersih dan berwibawa sementara kita bertingkah seperti orang yang telah kehilangan jiwa kita, mayat berjalan yang rakus. Dan dalam sebuah bahtera bagaimana pemimpin kita telah menjadi sososk nahkoda dan asistennya lengkap dengan karakter, hati, dan tindakannya yang berusaha membawa bahtera ini selamat , sementara kita sebagai penumpang berlaku tak bijak membuat onar dan membahayakan keselamatan bantera. Apa jadinya?

Sekali lagi saya bukan pengagum demokrasi tetapi sebagian besar rakyat telah memilih jalan demokrasi untuk saya dan anda yang tidak mengagumi demokrasi, untuk itulah demokrasi kita terima sebagai jalan yang harus dilalui. Semua perangkat demokrasi harus kita terima sebagai bagian dalam menentukan arah bangsa ini. Maka momen pemilihan presiden yang akan berlangsung besik Juli adalah syarat yang harus dilakoni dalam ritual pemilihan pemimpin guna kepentingan keberlanjutan bangsa ini. Konsekuensi biaya yang muncul adalah sangat logis, karena momen pemilihan pemimpin dalam negara demokrasi adalah sama pentingnya dengan kebutuhan akan makan. Kita tidak perlu iri dengan negara penganut monarki atau kerajaan dimana penentuan pemimpin telah diwariskan, lebih irit dan cepat. Dan dengan menerima itu adalah langkah awal menjadi dewasa dalam bernegara dan bersiaplah untuk menjadi besar. Manfaatkan momen pilpres sebagai ajang pemilihan pemimpin yang mampu membawa kejayaan bangsa ini..

Mengembalikan kewibawaan bangsa ini sebagai negara yang berdaulat sebagaiman amanat konstitusi, adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki calon pemimpin bangsa ini di masa datang. Sementara bangsa ini berbenah membawa kemakmuran bagi rakyatnya, bangsa ini perlu tumbuh menjadi bangsa besar yang mampu menjaga, melindungi segenap tanah, air, udara dan nyawa penduduknya dari ancaman dari luar. Karena kita berhak…

Salam Ahmadi Addy Saputra (Boy)