Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Rabu, 04 Februari 2009

Jamur Politik Bermekaran

Anda suka makan jamur? Jika anda tanyakan pada saya, pasti saya akan bilang “suka sekali, insyaAllah”. Kenapa? Jamur itu enak, apalagi kalo bulan-bulan seperti ini dimana hujan turun sepanjang hari-sepanjang bulan, merupakan waktu yang cocok untuk perkembangan jamur. Coba kita jalan-jalan ke pekarangan atau daerah dekat persawahan, pasti kita akan menemui banyak sekali jamur. Eh tapi maaf yang rumahnya sudah tidak punya atau jauh dari pekarangan dan persawahan. Kita akan menemui berbagai jenis jamur dari yang seperti paku payung kecil-kecil, seperti payung yang lebar bahkan jamur yang berwarna coklat kehitaman (tidak menarik untuk dipandang apalagi dimakan). Ada yang tumbuh di tanah, jerami, kayu hidup dan mati bahkan (maaf) kotoran hewan

Nah dari beberapa jamur itu ada yang bisa dimakan adapula yang tidak bisa dimakan bahkan beracun. Beda dengan jamur yang dibudidayakan, dimana memang benar-benar tidak harus tergantung musim hujan. Dikembangkan secara komersil dan memiliki daya jual yang tinggi. Anda pernah lihat yang mana? Atau pernah makan yang mana? Kalo saya insyaAllah pernah lihat yang liar dan yang dibudidayakan, pernah makan yang liar bahkan yang dibudidayakan. Yang saya makan harus dengan syarat, halalan thoyibban, tersedia untuk saya dan saya mau, hee...he...

Tapi saat ini banyak tumbuh jamur dimana-mana, apalagi tahun 2009 adalah tahun dengan iklim yang sangat mendukung. Lho kok bisa, padahal dengan gejala iklim yang mengalami ”penghangatan global” apa benar jamur bisa tumbuh subur? Jika kita lihat dipohon-pohon disekitar kita tumbuh jamur-jamur sangat cepat, bahkan dalam jangka waktu semalam saja kita akan menemukan jamur dalam ukuran dan warna yang beragam, bahkan di satu pohon bisa ada berbagai macam jamur, saling tindih, saling tutup, saling rusak bahkan saling ejek. Wah tambah aneh jamur kok bisa saling ejek? Emang jamur apa-an sih? Jawabnya jamur politik, yaitu spanduk, pamflet baliho, bendera partai, caleg, cagub yang berserakan dimana-mana, berebut tempat dengan pamflet ”sedot WC”, les piano hingga pil terlambat datang bulan.

Jika kita lihat sekarang banyak sekali poster, pamflet, bendera, baliho hingga stiker baik dalam ukuran kecil hingga seukuran lapangan bola volly dapat kita jumpai. Dari pemasangan yang berijin hingga pemasangan liar yang sembunyi-sembunyi. Pemasangannya-pun tidak memikirkan keindahan, ada yang dipasang di kaca belakang mobil, dipohon-pohon, bahkan yang ”beruang” bisa pasang di tower iklan. Selain merusak pemandangan juga membahayakan. Contoh di Surabaya baru-baru ini ada baliho besar milik seorang caleg roboh, mencederai ibu dan anak yang kebetulan lewat dibawahnya.

Semakin hari semakin banyak ”jamur-jamur” itu bertebaran apalagi menjelang pemilihan legeslatif bulan april ini. Jika kita buat hitung-hitungan maka akan sungguh mencengangkan. Apabila di suatu daerah pemilihan maksimum kursi yang diperebutkan adalah 10, maka jumlah celag adalah 10 kursi dikalikan 38 partai, dihasilkan 380 caleg. Tapi 380 caleg itu adalah untuk DPRD tingkat 2 atau kabupaten/kota, belum untuk DPRD provinsi dan DPR RI. Jika dipukul rata maka 380 caleg dikalikan 3 tingkatan lembaga DPR, menjadi 1.140 caleg. Bayangkan jika separuh caleg menggunakan media yang sama dengan ukuran yang berlomba-lomba besarnya, maka dapat dipastikan semua lokasi disekitar kita akan pernuh dengan ”jamur politik”.

Apakah salah menggunakan media tersebut? Tidak pernah salah, ”jamur politik” tersebut adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mempromosikan diri, menyampaikan pesan, menggaet pemilih hingga meningkatkan gengsi dari pemilik ”jamur politik” tersebut. Banyak orang yang mengatakan mubadzir cara-cara tersebut dikarenakan tidak komunikatif. Bahkan ada yang mengatakan jika di dalam ”jamur politik” tersebut fotonya saja tidak meyakinkan, bagaiman nanti ketika terpilih pasti kerjanya tidak meyakinkan. Bagi saya itu sah-sah saja, apalagi dengan seperti itu ekonomi indonesia dapat berputar ditengah kondisi yang kurang menentu, terutama usaha percetakan yang kebanjiran order.

Meskipun saya mengatakan sah-sah saja cara-cara tersebut, saya ingin mengkritisi atau mungkin tidak suka terhadap beberapa model ”jamur politik tersebut” diantaranya:

  1. Jika dalam ”jamur politik” yang dilatar belakang terdapat gambar orang lain, atau pernyataan bahwa si caleg adalah .... dari orang lain, apakah orang lain tersebut calon presiden yang diusungnyanya, ketua atau penasehat partainya atau mungkin orangtuanya. Bagi saya ini menunjukkan kekerdilan caleg tersebut, terlepas dia ingin mempromosikan orang lain tersebut. Karena dengan ”mendompleng’ orang lain menunjukkan jika tanpa orang tersebut dia tidak bisa apa-apa. Jika berani tampilkan diri sendiri tanpa latar belakang orang lain, maka akan menunjukkan bahwa calon tersebut adalah calon yang kuat, tidak terpengaruh orang lain dan tidak bergantung pada orang lain.
  2. Jika ”jamur politik” hanya untuk minta dipilih, dimana tidak komunikatif kepada konstituen. Memang ”jamur politik” sangat terbatas tidak bisa menyampaikan pandangan dari caleg tersebut. Akan terapi seharusnya caleg tersebut dapat menginformasikan dimanakah konstituen dapat bertemu atau menghubungi sang caleg untuk dapat berkomunikasi dua arah untuk mengetahui visi dan misi caleg serta aspirasi konstituen yang akan diwakilinya. Jika disimak bahwa hal itu sepertinya memang dihindari oleh mayoritas caleg, dimana mungkin mereka memiliki keterbatasan untuk berkomunikasi langsung, kurangnya kepercayaan diri untuk bertemu konstituen, mungkin ketakutan jika nanti harus melakukan kontrak politik, bahkan takut jika dimintai uang oleh konstituennya.
  3. Jika ”Jamur Politik” malah menjelekkan pihak lain, atau dalam bahasa kerennya ”black campaign”. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan dari pihak yang menjelekkan, untuk menutupi ketidakmampuan tersebut dengan menjelekkan pihak lain. Suatu tindakan yang kurang terpuji, jika kita hanya berupaya mencari kekurangan orang lain sedangkan dirinya sendiri tidak melakukan perbaikan. Jika masih caleg sibuk mencari kekurangan orang lain, maka apakah nanti setelah jadi mereka hanya sibuk mencari kekurangan orang lain bukannya malah bekerjasama untuk kemaslahatan masyarakat
  4. dll....dll...(masih banyak lagi...mungkin anda juga punya pandangan sendiri....)

Jadi berhati-hatilah dalam memilih ”jamur politik” apalagi jamur liar yang kita tidak tahu jenis apakah jamur tersebut, karena bisa-bisa kita yang keracunan dan rugi sendiri. Agar tidak salah, maka pilihlah ”jamur politik” yang dibudidayakan, dalam artian memang siap untuk membela rakyat, kita tahu jenisnya dan itulah ”jamur politik” dengan harga jual yang tinggi. Ini bukanlah catatan orang yang paham benar politik, tapi tulisan orang yang tergelitik kerhadap situasi politik saat ini

Matjhbeob, 99

anda juga bisa melihat di www.machbub-papa.blogspot.com

7 komentar:

Anonim mengatakan...

kalo tumbuhan jamur, ada yang enak dimakan, kita jg gampang bedain..tp kl jamur politik susah bedain yang enak...krn kmrn enak, skrg blm tentu, tul ga boeb...he

Boy

Anonim mengatakan...

Tulisan Matjboeb ini wajib di baca sm seluruh Bolokurowo Sosektaers Unibraw,mengingat bbrp bln lg kita bakal masuk ke dalam pesta para "penipu ulung" yang menjual penderitaan rakyat demi meraih pendapatan tetap selama 5 tahun....

Anonim mengatakan...

paling engga yang berjamuran spanduk dan umbul2....
rachman.

Anonim mengatakan...

assoooyyyy,

machbub akhirnya panas juga...
teruskan perjuanganmu Boeb??
Maju perut pantat mundur..

salam,

sai'96

Anonim mengatakan...

@sai96
"Maju perut pantat mundur.."
artinya apa ?
tolong diperjelas
supaya kami para rakyat jelata yang membacanya tidak mengasosiasikannya dengan hal2 yang berbau pornografi

Anonim mengatakan...

buat kawan luqman,

its joke kawan...
maju perut pantat mundur biasa terjadi pada orang2 yang mementingkan kepentingan perutnya dan syahwat politik nya.

he he he
jangan terlalu serius dong???
emang mengendung pornografi ya??

sai'96

Anonim mengatakan...

@SAI
oooo...kalo bgt aq setuju sm joke mu...he..he..he...