Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Senin, 21 Juli 2008

Budak Peradaban

Oleh Ahmadi Addy S

Teori tentang kejadian alam semesta telah banyak diajukan oleh para ilmuwan baik ber-Ketuhanan maupun atheis. Beragam argumen disampaikan secara runtut dan mungkin sedikit manupulatif karena memang mengungkap takbir alam semesta amat sangat rumit. Tetapi apapun itu dalam teori kejadian alam semesta, keberadaan manusia merupakan produk alam semesta yang paling luar biasa. Sebagai manusia yang ber-Ketuhanan tentunya tak perlu lagi kita mendebatkan fakta penciptaan manusia. Tetapi lebih pada aktualisasi manusia dengan fungsi individu dan sosial.

Salah satu bukti keberadaan manusia yang membedakan dengan makhluk hidup lainnya adalah akal. Dengan bekal itulah manusia mampu bertahan hidup dan menaklukkan alam. Wujud penggunaan akal adalah munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membentuk sebuah sistem kehidupan. Sistem kehidupan inilah yang biasa disebut peradaban. Lain halnya makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan mereka tidak mampu membuat peradaban, kemampuan mereka hidup hanya ditentukan oleh insting bawaan secara genetis.

Jadi jelas sudah bahwa sesungguhnya manusialah yang mengatur adanya peradaban. Tetapi begitulah manusia yang senantiasa melakukan penyembahan terhadap “penciptaannya” sendiri. Cobalah kita tengok munculnya generasi pop pada peradaban abad 20 ini. Sekelompok orang melibatkan diri dalam gemerlap popuaritas. Memakai baju paling populer, mendiskusikan tema paling populer, mengidolakan tokoh paling populer hingga memakan makanan paling populer. Tak jarang dari sekelompok itu mengganggap itu sebagai sebuah “keharusan”, ideologi baru telah muncul.

Sampai sekarang kalimat revolusi melekat para kaum ideologi “kiri”, seolah mereka telah mendapatkan hak paten atas gerakan itu. Hal itu mungkin dapat dipahami ketika pada masa lalu ideology kiri yang banyak didasari pada paham Marxisme mendapat sambutan luar biasa pada negara-negara dunia ketiga yang tengah berjuang melawan imperialism. Bahkan buku karangan Karl Marx konon merupakan bacaan paling populer sepanjang sejarah, telah dibaca lebih dari dua mliyar manusia. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Ideologi itu hanya mampu bertahan dalam hitungan tahun dalam satu abad. Lihat bagaimana runtuhnya Uni Soviet yang tinggal puing-puing. Yang tertinggal hanyalah Cina yang kini telah menjadi Negara “kapitalis” baru. Industri Cina sekarang menyerap lebih dari 40 % produksi minyak dunia. Tersisa Kuba, Korea Utara dan Negara Amerika Selatan seperti Venezuela yang terkucil dan tidak memiliki peran sangat signifikan. Tinggal dalam hitungan tahun mereka akan termakan jaman.

Melihat fenomena sekarang maka kapitalisme lah yang sesungguhnya mampu berrevolusi. Lihat bagaimana negara pemodal besar mencengkeram dengan kuat melalui World Bank, IMF, MNC (perusahaan multinasional). Mereka telah menyusun teori konspirasi. Menurut Chalid Muhammad (mantan direktur eksekutif Walhi) disebut korporatokrasi, g bungan korporasi, institusi keuangan dunia dan pemerintah yang menyatukan kekuatan politik dan financial guna memaksa masyarakat dunia mengikuti kehendak mereka (Kompas 10/7/2008). Mereka sedang membangun Empire (kekaisaran) sebut Michael Hardt dan Antonio Negri dalam magnum opusnya (Arianto Sangaji, Kompas 18/7/2008. Namun jauh sebelumnya suatu ketika Bung Karno dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, mengatakan adanya ancaman neo-Imperialisme dan neo-Kolonialisme.

Salah satu anak emas kapitalisme adalah media. Lihat bagaimana mereka menguasai media dengan segala turunannya. Penyeragaman budaya, pola pikir dan gaya hidup. Semua itu semata dilakukan guna menjadikan negara-negara dunia ketiga sebagai pasar “sempurna” bagi produk mereka. Media menjadi senjata mereka. Persepsi cantik sabagaimana halnya bintang-bintang Holywood (putih, tinggi, padat berisi) telah memperbudak wanita untuk menjadi “cantik”. Persepsi seorang putri telah menjadikan sekelompok orang “mengirim” wakilnya ke kontes “putri dunia” dengan mengorbankan identitas “putri timur” demi sebuah identitas baru versi mereka. Sekelompok anak-anak remaja laki-laki demi sebuah pengakuan di komunitas baru standar “mereka” terjebak dalam dunia malam yang gemerlap. Sekelompok pria-pria aneh yang “memakan” korban para gadis tanpa komitmen telah bertindak jauh demi sebuah gaya hidup baru. Semua itu semata demi kepentingan mereka. Dan ketika pola pikir kita sudah seperti “mereka” maka sangat mudah bagi mereka bercokol di tanah kita sendiri. Apa jadinya jika identitas saja kita tidak punya?

Itu hanya contoh kecil bila dibanding kehancuran Irak, Afganistan, kemiskinan di Afrika dan perbudakan lain versi baru. Setiap yang tidak sepakat dengan mereka harus dimusnahkan lihat Kuba, Korea Selatan, Iran dan Libya. Maka jika ada yang menganggap globalisasi yang mengarah globlalisme sebagai sebuah kewajaran bahkan keharusan maka anda mulai berpikir seperti mereka dan bersiaplah jadi budak mereka. Budak peradaban karena mereka selalu mengganggap mereka lebih beradab dari kita.

Maka dari itu sebagai generasi muda kita harus memiliki kepedulian jika tak ingin bangsa ini mengalami “the lost generation”. Neo-kolonialisme dan neo-imperialisme telah berrevolusi. “Food, Fashion, Fun and Finance”. Dari itu mereka masuk..

.



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat berjuang kaum budak...
Saatnya budak2 merebut kemerdekaan akibat peradaban yang sangat eksplosif terhadap pola pikir dan gaya hidup tuan2..