Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Senin, 23 Maret 2009

Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis

Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis

Mengamati PILKADA Bupati/Walikota, Gubernur, Calon Legislatif, atau nanti PILPERS janji yang sering disampaikan kepada rakyat adalah pendidikan gratis 9 tahun dan kesehatan gratis. Dua hal ini menjadi jualan para calon bupati/walikota, capres dan caleg partai agar bisa diberikan kepercayaan rakyat dalam pemilihan.
“Gratis” sungguh menjadi sesuatu yang sangat mujarab untuk membuat rakyat bisa memercayai calon2 tersebut. Siapakah yang tak ingin mendapatkan sesuatu secara gratis sekarang ini.
Pendidikan dan kesehatan gratis memiliki subtansi yang berbeda, dimana pendidikan berhubungan dengan kualitas SDM secara pengetahuan, wawasan, skill, moral, tata nilai, dan karya ilmiah. Sedangkan kesehatan yang dimaksud memiliki subtansi tentang kondisi tubuh dan jiwa masyarakat, tentang harapan hidup, pelayanan kesehatan, nyawa manusia yang sangat berharga.

Saya secara pribadi sepakat sekali bahwa kesehatan bagi masyarakat kecil dan miskin harus gratis, karena menyangkut masalah angka harapan hidup, dan sangat dekat dengan kematian. Nurani saya tidak dapat menerima jika seseorang dengan kondisi sakit dg kematian yang hampir mengancam tidak mendapatkan pelayanan kesehatan hanya karena dia tidak bisa memberikan deposit bagi rumah sakit untuk merawat dan menyembuhkannya. Fungsi kesehatan adalah fungsi kemanusiaan, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat kecil dengan pendapatan dalam kategori miskin menurut saya harus gratis. Dijamin dalam asuransi negara seperti halnya asuransi bagi karyawan swasta dan PNS.

Tetapi untuk pendidikan gratis saya agak kurang sepakat karena bagi saya pendidikan adalah sebuah perbaikan yang terus menerus mengenai kualitas hidup manusia, dimana disitu ada passion, pengetahuan, moral, tata nilai, teknologi, semangat, tekat yang kuat untuk bisa mengejar ketertinggalan. Kalau dievaluai pendidikan gratis yang dilaksanakan oleh hampir semua pemda dan pemerintah pusar di Indonesia tetap tidak bisa mendongkrak indeks kualitas SDM Indonesia yang terus menurun dari tahun ke tahun dibanding dengan negara lain. Jualan ala calon pemimpin dan caleg ala Sinterklas yang sangat tidak mendidik menurut saya.

Saya masih ingat ketika mahasiswa selalu mengangkat isu ”pendidikan murah” bukan ”pendidikan gratis”, karena menurut saya” murah” itu dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat . Pendidikan murah bagi saya tidak 9 th seperti jualan bupati/walikota, gubernur, dan caleg yang hanya sampai SMP saja gratis, tetapi sampai PT. Apa sih bisa didapatkan oleh rakyat dengan pendidikan SMP. Bagi saya semua masyarakat dapat menikmati pendidikan murah yang terjangkau oleh kemampuan finansial masyarakat. Sehingga anak buruh pabrik, buruh tani, tukang becak, tukang parkir, pedagang kaki lima, dan kaum miskin lainnya mampu mengenyam pendidikan sampai PT dengan kemampuan financial yang minim. Sehingga jika PT menjadi BHMN sangat mencederai rasa kemanusiaan. Mematikan berjuta2 anak bangsa dengan kemampuan yang bagus harus mengubur impiannya hanya karena biaya pendidikan tidak menjangkau mereka. Bukankah hak untuk mendapatkan pendidikan dijamin oleh UUD.

Pendidikan murah/ terjangkau dapat saya ilustrasikan dengan contoh seorang pekerja pabrik dengan suami-istri bekerja dengan penghasilan 1,5 jt per bulan, punya 2 orang anak, dengan biaya hidup per bulan 1,4 jt, sisa 100 rb, apakah harus membayar pendidikan untuk anaknya yang duduk di bangku SMP dan SMA. Menurut saya memang harus bayar, tetapi sesuai dengan kemampuan mereka, ini sebagai ikatan moral bahwa mereka ada faktor korbanan yang dikeluarkan untuk pendidikan, dan diukur berdasarkan kemampuan mereka walaupun itu 10 rb rupiah per bulan. Dan ini dijamin oleh negara, bahwa korbanan yang dikeluarkan oleh orang tua peserta didik sesuai kemampuan mereka, dan negara wajib menyubsidi kekurangan biayanya. Sehingga hal ini mendidik anak mereka yang duduk di bangku sekolah dan PT untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan karena ada korbanan yang dikeluarkan.

Pendidikan yang murah / terjangkau juga dapat memberikan pembelajaran bagi peserta didik bahwa dia berkontribusi dalam menikmati pendidikan, atau ada biayanya sesuai kemampuan finansial orang tuanya. Sehingga secara psikologis ada motivasi untuk belajar dengan sungguh2, karena jika tidak maka ada korbanan yang dia berikan untuk mengenyam pendidikan. Ada kompetisi untuk berprestasi dan beraktualisasi secara positif di lingkungan pendidikan.

Maka dari itu kesehatan gratis bagi saya adalah keharusan, tetapi untuk pendidikan gratis saya tidak sepakat, lebih baik pendidikan murah/ terjangkau bagi semua lapisan masyarakat dari SD sampai PT. Sehingga pendidikan tidak hanya untuk orang kaya, tetapi anak tukang becak, anak buruh pabrik, anak pedagang kaki lima, anak buruh tani, anak petani penggarap, petani dengan lahan sempit, nelayan miskin, kalangan proletar pun bisa sekolah sampai PT dengan biaya yang bisa dijangkau oleh keuangan-nya. Tidak membebani mereka dengan biaya yang bisa 1 th penghasilannya.
Maka kesehatan gratis dan pendidikan murah sampai PT untuk kemajuan SDM bangsa Indonesia adalah layak untuk diperjuangkan!!

SAI
SEA'96

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kalo ada yang murah kenapa mesti mahal, kalo ada yang gratis kenapa mesti murah...
murah, gratis ga ada mslh asal jgn mahal dan sulit...
pendidikan dan kesehatan kan suatu paket kebutuhan, banyak item didalamnya...
bisa diatur, sebagian item ada biaya, sebagian item gratis...
caranya...mas SAI ada PR bikin kebijakan paket pendidikan dan kesehatan dipostingan mendtg...
kalo bagus tak contreng dirimu...he
BOY