Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Rabu, 02 Desember 2009

Elegi Cinta Terlarang dari Pyongyang ...

Posting by Luqman Setiawan

Kalau dunia pop Indonesia sempat bergema dengan hits kondang duo virgin lewat tembang lirih "Cinta Terlarang".lain ceritanya dengan nada sumbang yang baru saja tiba dari Pyongyang, ibu kota negeri tirani Korea Utara yang dinakhodai Kim Jong Ill.

Kabar buruk itu akhirnya tiba juga.Melalui pengumuman resmi pemerintah setempat, efektif berlaku mulai hari Senin,1 Desember 2009, negeri yang kaya akan musibah bencana alam beberapa tahun belakangan ini resmi memberlakukan pemotongan (sanering) nilai mata uangnya (won) sebesar 100 basis poin.Dalam sekejab 100 won (mata uang korea utara)menjadi 1 won mata uang mereka yang baru.Gilanya lagi, pemerintah membatasi penukaran uang yang dimiliki oleh rakyatnya. Per orang tidak boleh menukarkan lebih dari 100.000 won,belakangan di revisi menjadi maksimal 150.000 won penukaran per orang.Hal ini sama artinya dengan tidak berharganya kepemilikan uang ditangan masyarakat yang melebihi batasan maksimal yang ditoleransi pemerintah. Alias,uang ditangan mereka menjadi sampah dalam sekejap.

Harus diakui, Korea Utara dapat dikategorikan sebagai negeri yang kacau balau dalam segala bidang.Disempurnakan lagi dengan silih bergantinya musibah bencana alam.Tapi sekacau-kacaunya negeri komunis yang satu ini, nilai tukar mata uangnya terhadap dollar Amerika hanya terpaut : 1 USD = 135 Won versi valas resmi pemerintah,dan 1 USD = 2000 s/d 3000 Won versi pasar gelap yang menjamur di negeri itu. Artinya, sebelum sanering,nilai mata uangnya terhadap US Dollar kelihatan masih bernilai. Bandingkan dengan Indonesia yang kurs 1 USD nya saat ini setara dengan Rp 9,435 (kurs rerata hari ini).

Mengenai yang namanya Sanering ini,kisah Indonesia pernah mengalami masa pahit serupa dengan kasus Korea Utara saat ini.Kisah sedih tersebut merupakan klimaks dari periode perekonomian tragis tahun 1960 - 1965 dengan fakta-fakta fantastis : inflasi rata-rata tahunan 650 %, indeks biaya 438 %, indeks harga beras 824 %, tekstil 717 %, dan rupiah anjlok nilainya terhadap US$ tinggal 1/75 (satu per tujuh puluh lima) dari angka Rp 160/US$ menjadi Rp 120,000/US$.Karena pemerintah tidak punya pilihan lain dalam menyelamatkan nilai mata uangnya, maka pemerintah waktu itu (Bung Karno) mengeluarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.27/1965 yang menjadikan Rp 1,000 (uang lama) menjadi Rp 1,- (uang baru).

Isu Sanering di Indonesia juga sempat dipertimbangkan oleh pemerintah pada puncak krisis 1997/1998 namun dengan berbagai kalkulasi maka kebijakan yang satu ini tidak diambil oleh pemerintah.Andaikan sanering jadi diambil pemerintah pada waktu krisis 1997/1998 tentu itu hal yang tidak terlalu mengejutkan bagi kita semua mengingat nilai nol yang berhasil dipotong oleh sanering tahun 1965, 32 tahun kemudian (1998)telah kembali lagi bertambah 3 nol dibelakangnya.Masih ingat waktu jaman kuliah saat baca buku-buku teks, seperti yang berjudul : "menggerakkan dan membangun petani" (AT Mosher) disitu ada ilustrasi (riil tahun 1971) indeks harga produk pertanian seperti 1 tongkol jagung yang harganya cuma 3-5 rupiah saja. Sekarang harga satu tongkol jagung ditingkat tengkulak Rp 3000 - Rp 5000 rupiah,atau bahkan sudah lebih.Wow,ajaib.Welcome back angka nol !

Pada akhirnya, kita harus berfikir ulang terkait rasa cinta dan sayang kita terhadap benda yang bernama uang. Karena cinta terhadap uang ternyata merupakan cinta yang salah, atau lebih tepatnya menjadi cinta terlarang.Karena uang yang beredar saat ini hanyalah timbangan nilai relatif terhadap suatu produk.Artinya yang esensial bukan uangnya tapi produknya.Bagaimana kalau penjual produk tidak mau ditukar produknya dengan uang yang kita pegang ?
Kejadian tersebut riil terjadi di Jerman tahun 1924,Zimbabwe 1998,dan sekarang Korea Utara.

Maka tidak heran jika futurolog kondang John Naisbit dalam rilis buku Megatrends menulis dengan tegas ; uang merupakan monopoli terakhir yang dimiliki oleh negara dan akan segera berakhir. Naisbit mencontohkan,petani di India yang menggunakan bawang putih sebagai medium pengganti uang sebagai salah satu indikator pudarnya monopoli negara.Naisbit memprediksikan bahwa uang negara akan berakhir digantikan dengan uang komoditas, barangkali ini menjadi indikasi sistem barter akan mereinkarnasi dalam wujudnya yang modern.

Karena itu, mumpung Rupiah masih cukup berharga untuk dapat ditukarkan dengan aneka produk yang ada disekitar kita maka alangkah berbahagianya anda yang berhasil menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai Rupiah yang kita terima dari Gaji / penghasilan usaha kita malah mengantarkan kita pada cinta terlarang.Karena "raga" dari uang kertas valas/rupiah yang kita pegang tidak setara dengan daya belinya yang terus merosot dimakan pencuri yang bernama inflasi hingga satu titik dimana uang kertas/valas menjadi kertas yang tidak lebih seharga kertas bekas (kiloan) sesuai fitrahnya.

Jadi, kalau raga-nya tidak dapat kita miliki jangan nekad menyimpannya di hati.
Seperti bait "Cinta Terlarang" duo virgin

Kau kan slalu tersimpan dihatiku
Meski ragamu tak dapat ku miliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku

Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk bersamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya ...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mungkin sebaiknya kita ngumpulin harta bukan berupa uang. Tapi amal ibadah aja :) heheh.. Maksud aku mungkin coba berfikir bahwa uang itu tidak selamanya berharga, tapi bangunlah sebuah ASET. Spt rumah, nyimpan emas, atau melakukan usaha yang memang membangun sebuah aset.

Tri wahyuni "98