Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Senin, 22 September 2008

ATTN : RE: Masa Depan Fakultas Pertanian

by Hesthi Nugroho

ngobrol juga tentang ini, saya justru terus terang saja merasa lebih bangga dengan gelar kedua saya yang baru saja saya dapatkan....masalahnya bukan karena gelar ini dapat dari negeri sebrang, tapi karena usaha untuk mendapatkan gelar ini begitu mati2an, istilahnya nangis darah itu ya bener2 terjadi....begitu susahnya proses pembelajaran yang harus saya tempuh, bagaimana ilmu tersebut di realita kehidupan benar2 susah untuk dipahami dan didalami...sampai2 pernah setelah menjalani satu semester, saya menangis karena merasa saya tidak mampu, nekat mau balik aja ke indo, sempat kepikiran gak apalah jadi guru TK atau buka usaha kecil2an dirumah.

sementara kalau jamannya dulu dikampus waktu S1...gak masuk gak apa, TA alias titip absen juga gak apa...yang penting kan ntar ngopi catetan temen n pintar menghafal dan juga datang pagi2 waktu ujian buat nulis contekan dibangku. pokoknya deket ma dosen...dapet deh nilai bagus...

sudah mulai di FP saat ini pakai LCD, yang dosennya tinggal pasang power point dan mulai ngajar tanpa harus pasang transparansi kayak dulu. tapi ya itu, ada beberapa yang nulis dipower point semua bahan di teori...yang walhasil mahasiswa tinggal salin.

kebetulan saya setelah pulang dari negeri sebrang 1.5 bulan yang lalu, diminta bergabung di FP dan langsung mulai ngajar.

ada beberapa perubahan yang saya lakukan:

1. bahasa pengantar adalah bahasa inggris... untuk yang satu ini saya tidak tolerir, saya bilang kemahasiswa, kalian aja lagu inggris apal diluar kepala, berarti saya ngomong inggris juga gak ada masalah.
kedua alasan saya juga, universitas yang masih bau kencur kayak machung aja semester 1 langsung bahasa inggris...waktu itu sempat saya ngajar semester 5, mereka sempat bilang janganlah dibandingkan sama machung, kan mereka universitas internasional. saat itu juga saya merasa miris banget dengan ketidakpedean mereka. langsung saya jawab...bahwa tidak seharusnya mereka merasa rendah seperti itu. saya tekankan bahwa mereka seharusnya bangga pada apa yang mereka perjuangkan sampai saat ini, meskipun mereka masih sistem catat manual, bukan yang baru masuk langsung dapet laptop. saya juga beberkan bahwa kamipun dinegeri orang kuliah juga masih sistem catat manual, jadi tidak mesti karena kuliah diluar negeri makanya pake laptop semua. saya juga bilang, at least brawijaya udah bertahun2 ada dan punya nama, sementara universitas machung belum ada tampilannya soalnya baru 2 angkatan...for me, it's nothing.

2. perubahan yang lain, adalah saya menuliskan dipower point hanya poin2 penting dari kuliah, sementara saya banyak ngomongnya tentang penjelasan dari poin2 tersebut. berulang kali saya berhenti ditengah perkuliahan, menanyakan ke mahasiswa bagian mana yang mereka belum ngerti, saya berikan contoh2 realita jikalau mereka tanya. saya bahkan bilang, supaya tidak malu buat tanya, bahkan kalau perlu jikalau tidak ngerti awal2nya, diulang aja sekalian dari awal saya gak masalah. saya tekankan bahwa saya disana untuk membantu mereka. saya tawarkan buku2 yang saya pakai untuk dikopi, saya berikan nomer untuk kontak saya, saya berikan alamat email saya yang saya khususkan buat untuk mereka, dan jikalau ada tugas saya bikinkan juga jadwal untuk konsultasi.

3. untuk tugas ini, saya beritahukan diawal perkuliahan beserta tanggal dikumpulkannya. tujuannya, adalah time management, setidaknya dari jauh hari mereka sudah mulai berpikir bagaimana cara jawab tugasnya, berbeda dari dosen lain yang kalo kasih tugas mendadak. bahkan soal untuk setelah UTS sudah saya buatkan juga. disini, saya berikan tugas2 berupa essay yang mana menggali kemampuan analisa mereka tidak lepas dari teori yang diberikan dikelas. jadinya semisal saya mengajar dasar manajemen, saya berikan tugas seandainya mereka manager baru yang ditunjuk untuk mengaplikasikan sistem manajemen yang baru, manajemen apa yang mereka pilih dan mengapa, berdasar pada teori sistem manajemen yang diberikan dikelas. tentunya sistem yang mereka pilih ada kekurangannya, saya tanyakan juga bagaimana menutupi kekurangan tersebut. tidak sampai disitu saja, saya juga mengajarkan cara menulis essay dengan benar, karena selama ini, kebanyakan mahasiswa tidak punya greget menulis, dan kalaupun menulis, masih kacau, tidak pada intinya, terlalu berbunga2 dan tidak tepat pada sasaran. saya harapkan selain mereka terlatih untuk menulis, juga terlatih pula analisa mereka dalam berpikir dan meninjau suatu masalah. seperti tugas yang terakhir untuk kelas lain, saya minta mereka cari proyek pembangunan pertanian dan dianalisa, jikalau proyek tersebut diterapkan maka konflik2 apa yang akan terjadi dimasyarakat. karena dilingkungan brawijaya sudah hotspot untuk jaringan internet, maka sembari melatih kepiawaian mereka untuk buka2 internet dan cari bahan. cara pengumpulan tugasnyapun saya minta 2x, hard copy dan soft copy, alasan saya untuk back-up. padahal untuk file saya juga jikalau terjadi plagiarism antar teman.

makan waktu memang, but look...if u need something to be changed, u have to suffer at first for the better result.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Dear Mbak Hesthi,

Kagum aku dengan perubahan yang anda lakukan. Tapi anda terlalu teknis dalam memaknai kegagalan sistem pendidikan di fakultas pertanian (sehingga ada beberapa jurusan dilikuidasi).
Pengantar bhs inggris, mengajar pake power point, tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, fasilitas hotspot itu teknis sekali.
Jepang tidak menggunakan bhs inggris tetapi mereka menguasai dunia dengan teknologinya. Thailand tidak menggunakan bhs inggris untuk unggul dalam pertaniannya.
Subtansinya adalah siapkah dosen untuk menjadi fasilitator, mediator, dan suport untuk mahasiswanya, tanpa memandang statusnya untuk membuat mahasiswa anda memiliki kegairahan dalam intelektualitas, karya yang inovatif, kreatif dalam penemuan2 bar, dan punya keberpihakan yang jelas dalam mengaplikasikan ilmunya.
Jangan2 mahasiswa2 skr lebih memilih belajar di perpustakaan, diskusi dengan forum diskusinya, bekerja kreatif diluar fakultas, seperti yang saya lakukan dulu, karena di kampus benar2 kering dan dosennya salah dalam memandang mahasiswanya.

Saya mengharapkan lebih dari itu untuk membangun sistem pendidikan di sosek pertanian.
Selamat berjuang dibidang pendidikan. Jika anda terlalu teknis dalam memaknai kegagalan sistem pendidikan di Fakultas Pertanian maka pertanian di Indonesia benar2 akan tinggal mimpi....

Salam hangat,

Siswanto Ariadi
SEA'96

Jewelholic mengatakan...

Wah...mas...kalau mau nuruti semua perubahan...saya dari dulu justru inginnya berubah semuanya. Mungkin anda belum tau bahwa mahasiswa sekarang itu lain dengan dulu...karena kekurangan semuanya jadinya mahasiswa dulu lebih aktif daripada mahasiswa sekarang. Saya kan tentunya pake mikir juga untuk melakukan perubahan2 tersebut...harus step by step...masalahnya SDM-nya saja belum siap!!

Anda mungkin perlu tahu lebih mendalam mengenai sejarah dan kebijakan politis dari negara2 ini sebelum memberikan fakta dan compare dengan indonesia...mungkin kalau kita bertemu bisa ngobrol lebih jauh, kebetulan spesifikasi saya asia-pasifik . Terutama lagi, kalau masalah lingkungan, dimana pertanian terkait didalamnya, kita juga harus melihat segi kebutuhan ekonomi dan kebijakan politiknya, jadi tidak separo2 menafsirkan suatu fakta.

Maaf mas, saya tidak setuju dengan pernyataan anda terakhir ini. Dikarenakan, jikalau dosen telah siap dengan semua yang anda nyatakan tersebut, tentunya juga harus didukung dengan kemauan mahasiswa untuk mandiri dan belajar tidak hanya dicekoki ilmu melulu....itulah fungsinya hotspot, untuk mencari ilmu dan berdiskusi, yang tentunya ini saya jabarkan juga ke mahasiswa. Jadinya janganlah sepihak menghujat dosen....tapi jugalah melihat sisi individu mahasiswa.
Nilai itu nothhing bagi saya, tapi pemahaman ilmu dan pengaplikasian ilmu itu dimasyarakat itu yang terpenting.....nah...sebagai mahasiswa bisa tidak, punya kemampuan analisa tidak, tentunya hal ini yang perlu diajarkan dari awal.

Anonim mengatakan...

Dear Mbak Hesthi,

SDM kita bukannya tidak siap, sistem pendidikann lah yang membuat SDM itu tidak siap. Karena SDM tidak disiapkan untuk mengembangkan dirinya, tidak tahu apa yang dipelajarinya, samar-samar dengan konsep kerjanya, tidak tahu lingkungannya. Karena lingkungan pendidikan tidak mendukung SDM untuk sampai di satu titik dimana mereka mampu beraktualisasi dalam bidang yang dikuasainya.
Jadi tugas institusi pendidikan seharusnya menyiapkan SDM agar mereka bisa berkontribusi dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Jaman sekarang bukan lagi guru digugu lan ditiru, jaman sudah berubah. Perkembangan diluar sangat cepat, informasi sedimikian masif. Dan pasti mahasiswa mengikuti itu
Mahasiswa sekarang pasti beda dengan dulu, karena jaman sudah berubah. Saya analogikan saja, kenapa ada anak yang tidak mau belajar? Bisa jadi materi pelajarannya tidak menarik. Atau gurunya terlalu galak, atau materi pelajarannya terlalu padat.
Jika kita salah mendiagnosa, maka kita akan mengatakan bahwa anak itu memang malas. Padahal yang perlu dicari adalah kenapa terjadi anak yang malas belajar, apakah lingkungan dan materi pelajarannya sudah tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk anak tersebut.
Saya tidak mengatakan bahwa mahasiswa sekarang seperti yang saya analogkan tadi. Tetapi pasti ada sebab musababnya kenapa terjadi hal seperti itu. Kenapa belajar di kampus sangat monoton dan tidak menarik? Itulah yang harus dicari sebabnya.
Jika mutu lulusan institusi pendidikan rendah maka yang bertanggung jawab adalah institusinya. Bukan menyalahkan mahasiswanya memang malas, tidak mau belajar dll.
Atau analoginya jika produk suatu perusahaan tidak bermutu, maka yang perlu dipermasalahkan adalah perusahaannya bukan produknya.
Jadi tanggung jawab ada dalam stake holder penyelenggara pendidikan.
Selamat berjuang mbak hesthi. Semoga mampu menyiapkan SDM yang handal dan mampu berkontribusi dalam masyarakat dan mengejar ketertinggalan pertanian kita dibanding negara lain.
Jika saya cuti saya akan sempatkan untuk mampir di kampus, dan dengan senang hati saya akan berdiskusi dengan anda.

Salam hangat,

Siswanto Ariadi
SEA'96

Jewelholic mengatakan...

konsep ketidak siapan SDM jangan hanya dilihat dari satu sisi institusi saja, tapi niatan dari mahasiswa untuk belajar dan terutama lagi banyak membaca juga searching ilmu2 yang berkembang.

sebenarnya jangan hanya menyalahkan institusi akhir saja...kalau masalah ini, sepertinya memang dari awal SDM kita tidak diajarkan untuk membaca dan mencari tau.

kalau kemarin mas bilang "Jangan2 mahasiswa2 skr lebih memilih belajar di perpustakaan, diskusi dengan forum diskusinya, bekerja kreatif diluar fakultas"....itu yang justru dicari (ini kalau saya)...karena kamipun diluaran, dan saya tau cerita2 dari UI pun juga begitu, bahwa mahasiswa itu dituntut untuk begitu...selalu explore dan searching, pengantar nya dari kita2 ini. kita memberikan hantaran bagaimana cara menganalisa suatu masalah dengan baik...aspek2 apa yang menghambat dan sebagainya. yang harapannya hasil eksplorasi tersebut diutarakan dikelas menjadi suatu pertanyaan keingintahuan dan menjadi bahan diskusi seru dikelas. tapi...untuk menjalankan sampai ketahap itu kan harus mendasar dari awal, dipupuk dulu rasa kesenangan untuk eksplor dan membaca....tidak langsung main diskusi. kekurangan dari mahasiswa sekarang adalah rasa keingintahuan yang belum ada "always asking why, why,why???"

kemudian anda juga mengatakan bahwa "kegagalan sistem pendidikan di fakultas pertanian (sehingga ada beberapa jurusan dilikuidasi)". for your information, kebijakan ini bukan suatu kegagalan, tapi karena fakultas pertanian akan go international, (seperti saat ini sedang dirintis kerjasama dengan australian national university) masalah keseimbangan dan kebijakan lingkungan dengan fokus pertanian. dan untuk mengikuti perkembangan jaman, ilmu2 tersebut sudah tergabung menjadi satu yaitu agroteknologi, jadinya diharapkan lulusannya nanti tidak hanya mengetahui salah satu ilmu saja, ilmu tanah saja misalya. tapi juga keseluruhan ilmu, jadinya komplit sebagai seorang lulusan FP.

untuk keluarannya juga, radio sosek, juga sudah berkembang pesat. saya saja sampai kagum dibuatnya. FP tidak main2 dengan meng-hire orang dari makobu dan RRI untuk mentraining adik2 kita untuk menjadi penyiar, dan sudah dimulai perekruitan dari kalangan mahasiswa FP. selain itu juga tidak hanya kalangan lokal, perlu tau saja bahwa suara2 adik2 kita ini sudah diperdengarkan keseluruh asia-pasifik, via kerjasama radio sosek dengan radio australia di melbourne, kebetulan saya yang menjadi rep. FP untuk radio australia ini.

jadi this isn't dream mate, this is for real,and i'm not just talking...i'm doing it.

Anonim mengatakan...

@Mbk Hesti
salut buat gebrakan yg telah mbk lakukan.Perubahan memang tidak mesti harus dimulai dari kerangka substansial dan paradigmatis.Perubahan sekecil apapun,asal dilakukan dengan sungguh2 mestinya juga akan punya pengaruh.
Tapi memang akan lebih optimal jika perubahan itu dilakukan dalam kerangka output yang terukur (measurable).Sehingga orang yg berada diluar jaring perubahan dapat memiliki aura yang sama dengan pelaku perubahan,setidaknya gaps "ceteris paribus"-nya bisa diperkecil.
Last but not least,ya inilah sosialita.Gak bisa dibilang eksak;karena unsur dinamikanya yang begitu elastis,dan tidak bisa juga di klaim secara absolut.Kebenarannya kembali pada kemampuan kita me-reinterpretasi gejala sosial dengan pisau analisis yg kita miliki...walaaah...aku ngomong opo yo?wis mbuuh...pokok'e @mbk hesti panjen oye....!

Anonim mengatakan...

hes,
no wonder ditawarin jadi assistennya SBY masalah global climate change..

all the best yak, pokoknya...
semoga idealisme tak pernah lekang dimakan waktu ^^

btw, memang iya....mahasiswa sekarang harus digugah rasa keingintahuannya. Jangan hanya sibuk ngejar nilai aja.
Jadi keinget beberapa tahun yang lalu, mahasiswa hanya bener2 mengejar nilai. Ampe capek jadi cewek idola, dikejar2 cowok yang pada mau nyontek (maklum di teknik ceweknya dikit :D)
perubahan sekecil apapun, pasti akan berpengaruh....jangan lupa untuk terus bahu membahu dengan orang yang memiliki idealisme seperti Hesthi. biar gimanapun beberapa otak akan lebih baik daripada 1 otak ^^