Ayo gabung Neobux ! anda dibayar untuk tiap iklan yang anda klik

Sabtu, 28 November 2009

Industri Kreatif, APA KABARMU ????

Posting by Luqman Setiawan

Barangkali kalo ada kompetisi ironi sejarah bangsa-bangsa modern, Indonesia akan masuk didalam deret nomor wahid. Bagaimana tidak, negeri yang kaya akan sumberdaya alam di darat dan laut baik yang nampak maupun yang terkandung dalam perut bumi nyata kurang termanfaatkan bagi kemaslahatan manusia yang berdiam didalamnya.

Pada pertengahan era 80-an, negeri ini cukup manis untuk mampu swasembada beras. Berbanding terbalik dengan tahun-tahun belakangan ini yang ketersediaan stock-nya harus "diganjal" oleh supply import.

Gandum yang sepanjang sejarah peradaban sosial masyarakat tidak dikenal sebagai bahan pokok harus di import demi memenuhi hajat hidup perubahan perilaku masyarakat yang mengandalkan mie instan untuk menopang ketersediaan konsumsi rumah tangga.

Aneka ragam sumberdaya tambang, yang mestinya lebih daripada cukup untuk dinikmati oleh seluruh rakyat negeri ini malah jauh dari maslahat yang diharapkan.

Minyak bumi ? yang pada era 70 an kita surplus dan banyak menopang pembangunan negara,nyatanya kini menjadi minus..dan merubah status kita dari eksportir minyak menjadi importir..

Aneh memang, sekedar ilustrasi, Indonesia secara matematis masuk top 10 eksportir emas dunia, faktanya dalam top 30 saja negeri ini tidak tercatat dalam daftar eksportir. Lebih aneh lagi, Singapura yang jelas tidak punya tambang emas malah tercatat masuk dalam top 10 besar eksportir emas dunia.

Tidak bermaksud untuk bicara data dan statistik, hanya ingin sekedar bertanya saja sebenarnya ada apa dengan kita semua ?

Terlihat di sini salah satu problem paling mendasar dari kita semua adalah miskinnya kreatifitas dan kesadaran untuk maju. Untuk lebih baik lagi.

Negara tandus seperti korea, negara ancur dan miskin sumberdaya (pasca kalah perang) jepang, negara darurat militer taiwan (sepanjang waktu dalam tekanan RRC),yang nyata mereka secara material jauh dibawah kita. Faktanya secara tingkat ekonomi jauh melampaui kita : kemana-mana. Karena mereka sadar tidak ada yang bisa mereka andalkan selain berjuang memecah dan memeras otak menciptakan produk kreatif yang bisa di eksport agar mereka bisa hidup layak sebagai sebuah bangsa.

Belajar dari bangsa-bangsa lain,kreatifitas bangsa ini memang menjadi satu tantangan tersendiri.
Ini PR bukan saja buat negara, tapi buat kita semua.

Kenapa kaum terpelajarnya lebih nyaman pilih jadi pamong praja atau masuk idustri kerja daripada jadi raja diatas kakinya sendiri ?
Lebih enjoy punya job title, ketimpang name title dengan brand nama sendiri ?
Lebih suka lari dari realitas dengan rutinitas ketimbang belajar berbuat ?

Karena kreatifitas bukan (atau belum ?) menjadi bagian dari budaya kita.
Industri kreatif yang ber basis rumahan meski dewasa ini sedang galak2nya di sosialisasikan oleh kementerian tertentu, jauh panggang dari api.
Tanpa ada kemauan mendorong industri kreatif di negeri ini,maka jangan harap bangsa ini mampu bertahan sebagaimana layaknya suatu bangsa.

Industri kreatif, APA KABARMU ?

*Note :
Salute buat mas Rachman dan mbak Uun yang sudah merintis industri kreatif rumahmanikku

4 komentar:

Unknown mengatakan...

kawan luqman,

tulisan yg sangat inspiratif..
ternyata kreatifitas bisa dijadikan industri ya..
dan yang termasuk industri kreatif itu apa ya>? apakah sesuatu yang tangible atau intangible?

Sorry nanya doang...

Tri Wahyuni Zuhri mengatakan...

Menarik topik yang mr.Luqman angkat .tentang industri kreatif. Saya cukup setuju dgn pendapat mr.Luqman. Semuanya memang kembali kepada masyarakat indonesia sendiri.Mayoritas masyarakat kita sudah terbuai dalam "zona nyaman". Mungkin dari awal kita sudah disuguhi dengan kenyataan bahwa indonesia itu kaya, bak jamrud katulistiwa. Sehingga dengan kenyataan itu,masyarakat kita merasa hidup santai saja.toh indonesia kaya,padahal itu kan dulu. Sekarang kekayaan itu seperti isapan jempol saja karena sudah banyak yang terkuras bahkan yang rusak. Dan mengakibatkan bencana dimana-mana.
Ya, zona nyaman yang mayoritas masyarakat kita rasakan ternyata bisa menghambat kreatifitas lho. Bahkan zona nyaman itu bukan hanya menimpa para yang kaya saja, yang miskin pun ikut-ikutan zona nyaman, jadi seakan pasrah saja dengan hidup. Bisa jadi karena dari jaman dulu dibuat nerimo aja hehehe :)
Kalo dinegara luar, yang miskin SDA nya bisa kepepet buat meninggalkan zona nyaman utk fight! Mungkin dari sekarang biar ndak kebablasan,kita kudu nanamin jiwa2 kreatif buat anak2 kita.
Dan mind set yang terlanjur tertanam di mayoritas masyarakat kita utk bekerja dgn orang dan hanya sedikit yang bisa berfikir untuk kreatif, itu memang kembali kepada pilihan hidup masing2.
Tinggal kita saja sebenarnya yang harus membuka mata bahwa sebenarnya banyak peluang usaha yang bisa di kelola sebagai sumber penghasilan seperti kreatif industri. Biar jangan terlena di zona nyaman terus :) and salut buat sobat2 yg eksis mengembangkan peluang usaha sendiri :)

luqman setiawan mengatakan...

Dear Cak sis,
Serasa ujian kompre nih hehehe..
industri kreatif itu sendiri merupakan terminologi yg sedang dan masih terus berkembang dewasa ini untuk menggambarkan fenomena supply produksi ke pasar yang perolehannya didapat secara lintas batas (bisa melalui pabrik,rumah tangga,komunitas dgn spesifikasi tertentu,baik secara online maupun offline).Bentuk/wujud dari industri kreatif bisa berbentuk tangible bisa juga intangible : bisa dlm bentuk produk fisik,non fisik,berbentuk jasa,bentuk konsep,bentuk sistem networking,dll.

singkat kata, industri kreatif ingin menggeser pakem yang hingga saat ini masih juga berkembang di benak mayoritas masyarakat soal cara mendulang rejeki:melalui profesi,bekerja di kantor,dan ada batasan formal.

Untuk tambahan wacana, penggambaran yg bagus mengenai industri kreatif ada di buku berjudul :"Wikinomics" (keknya bukunya dah lama beredar di toko2).

luqman setiawan mengatakan...

@ mbak Yayuk,

Confortable zone versus unconfortable zone ! I like it.

Untuk sampai pada kemampuan membolak-balik sakelar switch on-switch off dlm kehidupan kita alias berubah ubah dalam kondisi nyaman ke gak nyaman (read:zona prihatin utk maju ke step zona nyaman selanjutnya)..itu butuh medium.

Nah mediumnya itu yang gak semua orang bisa temukan.
Jika seseorang telam menemukan mediumnya,yang mana didalamnya juga ada sistem yang berjalan,otomatis dia akan ketemu dgn yg namanya mentor dan realitas objectif.Melalui mentor dia akan belajar dan memperkecil gap kegagalan dlm mencapai tujuan.Sehingga dlm menjalankan realitas bisa optimal.

Medium itu sendiri bisa dikatakan sebagai product dari industri kreatif.
support system suatu direct selling group bisa dikategorikan dalam salah satu contoh dari sebuah industri kreatif yang briliant banget ; )

Semua tinggal kita yang pilih,
mau jadi programmernya (buat support system utk suatu produk tertentu)..
atau jadi usernya (follower dari suatu support system).
Tentu hasilnya beda, yg pertama otomatisasi masive, dan yang kedua manual masive.